Sampai saat ini, pemerintah masih terus menggencarkan program vaksinasi Covid-19. Tak hanya bagi masyarakat umum saja, namun memperoleh vaksin booster.

Ada pun vaksin dosis ketiga bertujuan agar tubuh dapat membentuk antibodi yang lebih kuat, sehingga risiko terpapar virus corona pun semakin rendah. Namun, yang masih dibingungkan, sebenarnya apa perbedaan vaksin dosis pertama dan kedua – dengan booster?

Lalu, apakah nantinya masyarakat juga memerlukan vaksin dosis ketiga, sama seperti yang diberikan kepada nakes? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini ulasan lengkapnya!

 

 

Apa Itu Vaksin Booster?

Credit Image - ncoa.org

Vaksin dosis ketiga – atau disebut juga sebagai booster memang bertujuan untuk memperkuat dosis vaksinasi yang sudah diberikan sebelumnya. Sebenarnya, pemberian vaksin booster juga pernah diberikan pada beberapa jenis penyakit, termasuk flu dan tetanus.

Dalam beberapa tipe vaksinasi, pemberian dosis kecil dalam beberapa kali dinilai lebih efektif dibanding dengan memberikan dosis besar dalam satu waktu. Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat sistem imun tubuh secara berkelanjutan.

Meski kebanyakan vaksin booster memiliki kandungan yang sama dengan dosis vaksin sebelumnya, tetapi ada pula yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk meningkatkan kinerjanya. Ini bergantung terhadap jenis vaksin yang digunakan. Dan, sebagian orang mungkin perlu mendapat booster beberapa minggu, bulan, atau tahun setelah pertama kali mendapat vaksin.

 

Bagaimana Dengan Cara Kerjanya?

Credit Image - barrons.com

Seorang ahli imunologi dari Washington University, mengatakan cara kerja vaksin booster dalam memperkuat dosis vaksin sebelumnya. Dikatakan bahwa saat seseorang mendapat dosis pertama, maka sistem imun tubuh akan menghasilkan sejumlah antibodi yang lambat laun akan menurun kadarnya.

Meski demikian, penurunan tersebut akan tetap meninggalkan “memori” pada sejumlah sel yang meningkatkan kadar antibodi di dalam tubuh.

Seiring berjalannya waktu, jumlah antibodi mungkin akan menurun lagi, namun “memori” pada sel-sel B akan semakin besar dibanding sebelumnya. Memori tersebutlah yang membantu agar sistem imun tubuh dapat bereaksi – dan melawan Covid-19 secara lebih cepat dan kuat.

Selain itu, vaksin dosis ketiga juga berperan dalam proses afinitas maturasi, yaitu proses di mana sel B yang sudah terkena vaksin tadi akan berpindah ke kelenjar getah bening. Di dalam kelenjar tersebut, sel-sel akan bermutasi, sekaligus menghasilkan antibodi yang jauh lebih kuat untuk melawan virus.

Beberapa studi terhadap jenis vaksinasi Covid-19 tertentu telah mendukung teori tersebut. Vaksin yang diuji coba sebagai booster, yakni Moderna, Pfizer, AstraZeneca, serta Sinovac. Keempatnya menunjukkan adanya sedikit kenaikan jumlah antibodi penetral infeksi dalam tubuh jika disuntikkan beberapa bulan setelah dosis kedua.

 

Perlukah Masyarakat Umum Mendapat Vaksin Ketiga?

Credit Image - bharian.com.my

Hingga kini, vaksin dosis ketiga memang belum diberikan kepada masyarakat umum, mengingat masih banyak yang belum menerima dosis vaksin pertama, maupun kedua. Namun, kalau akhirnya masyarakat bisa memperoleh booster, lantas siapa saja yang sebaiknya dijadikan sebagai prioritas?

Menurut seorang pakar penyakit menular ternama di Amerika Serikat, Dr Anthony Fauci menyebut bahwa suntikan vaksin dosis ketiga juga perlu diberikan kepada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan lebih lemah, apalagi adanya varian Delta yang lebih mudah menular – serta membutuhkan strategi penanganan khusus.

Jadi, seharusnya booster mesti diberikan kepada kelompok rentan. Hal ini pun dianjurkan dilakukan sebelum memberikan dosis ketiga pada populasi masyarakat umum – yang sebelumnya sudah mendapat vaksin dua dosis.

Terkait perlu atau tidaknya booster vaksin Covid-19 yang diberikan kepada masyarakat umum, masih menunggu rekomendasi dari CDC Amerika Serikat, setelah pihak terkait menerima data mengenai penurunan efektivitas Covid-19 dalam jangka waktu tertentu usai suntikan kedua.

Sama seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sejauh ini berbagai pihak telah menekankan bahwa vaksin Covid-19 hingga dua dosis terbukti efektif mencegah gejala berat, rawat inap, serta risiko kematian. Sehingga, meskipun belum ada kepastian mengenai efektivitas dosis ketiga, tetapi fungsi dua dosis vaksin tetap dapat diandalkan.

 

Tetap Lakukan Langkah Pencegahan, Ya!

Credit Image - economictimes.indiatimes.com

Meskipun sudah divaksinasi, namun bukan berarti 100 persen kebal terhadap ancaman virus corona. Sebab, pada dasarnya vaksin bekerja dengan mengenali sebagian dari virus – yang kemudian akan diidentifikasi oleh sistem imun tubuh. Harapannya, kekebalan dapat dengan cepat mengindentifikasi dan melawan, jika virus aslinya datang menyerang tubuh.

Tapi sekali lagi, tidak ada vaksin yang dapat bekerja dengan memberikan kekebalan seutuhnya terhadap suatu penyakit. Selain itu, respons imun setiap orang bisa berbeda-beda terhadap vaksin. Dari hal ini, tak menutup kemungkinan penerima vaksin masih bisa terinfeksi virus.

Untuk itu, setelah vaksinasi, prokes masih harus dijalani. Namun, bukan berarti vaksin tidak bermanfaat, melainkan dengan vaksin risiko infeksi dapat semakin diminimalisir. Bahkan, kalau terpapar sekalipun makan gejala yang dirasakan tidak berat, atau tidak berisiko mengalami kematian.

Jadi, pastikan selalu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan — atau dapat gunakan hand sanitizer setelah menyentuh benda di ruang publik, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas – hindari bepergian kecuali untuk urusan mendesak.

Yang tidak kalah penting, selain menerapkan protokol kesehatan, menjaga imunitas setelah vaksinasi juga penting dilakukan. Masyarakat sangat dianjurkan menjalani gaya hidup sehat, seperti memiliki pola makan bergizi seimbang, rutin berolahraga — aktif bergerak bisa kurangi risiko infeksi virus, miliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas, serta kelola stres dengan baik.

Kemudian, mengonsumsi suplemen setelah vaksin juga masih sangat dianjurkan. Adapun suplemen yang baik dikonsumsi, yaitu suplemen jenis imunomodulator. Ini merupakan jenis suplemen yang dapat membantu meningkatkan pembentukan sistem imun, atau menahan laju pembentukan sistem imun ketika tubuh merasa sudah terbentuk sistem imun dalam jumlah cukup.

Untuk suplemen yang direkomendasikan – kamu dapat konsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga tubuh bisa mengolah makanan yang dikonsumsi, kemudian diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini tentunya bisa membuat makin produktif dalam melakukan aktivitas harian.

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau, bisa kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Jadi, itulah ulasan mengenai perbedaan vaksin booster dengan dosis pertama dan kedua. Meski sudah vaksin, pastikan tetap menjalani protokol kesehatan, dan tetap perkuat imunitas agar terhindar dari risiko paparan Covid-19!

 

 

Featured Image - undp.org

Source - hellosehat.com