Peneliti Temukan Gejala Baru Covid-19, Bisa Sebabkan Kondisi Parah
Setiap pasien Covid-19 kemungkinan mengalami gejala dan kondisi yang berbeda-beda – ini tergantung kondisi kesehatan pasien, seperti memiliki penyakit komorbid dan sistem imunitas tubuhnya. Jika imun tubuh kuat, risiko mengalami kondisi berat pun dapat diminimalisir.
Lalu, bagaimana pasien yang memiliki imunitas lemah serta ada masalah kesehatan lainnya? Kemungkinan ia dapat alami gejala lebih berat – termasuk sesak napas, yang merupakan gejala khas Covid-19. Ingat, kalau pasien sudah alami sesak napas – penanganan mesti segera diberikan.
Tetapi sayangnya, sesak napas bukanlah satu-satunya gejala yang menunjukkan risiko fatal – melainkan masih ada gejala lainnya. Belum lama ini, peneliti menemukan bahwa gejala Covid-19 baru memiliki kaitan dengan neurologis.
Gejala tersebut dapat berisiko fatal, karena pasien mengeluhkan gejala berkepanjangan alias long Covid. Laporan sebuah studi dari Northwestern mengungkapkan – hampir 82 persen pasien Covid-19 mengalami gejala neurologis.
Gejala neurologis – dapat berupa hilangnya kemampuan mencium dan merasakan sesuatu. Serta, gejala ensefalopati. Apakah hal tersebut?
Apa Itu Ensefalopati?
Peneliti Temukan Gejala Baru Covid-19, Bisa Sebabkan Kondisi Parah / Credit: undark.org
Menurut National Institure of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) – ensefalopati adalah istilah untuk setiap penyakit otak yang menyebar, mengubah fungsi dan struktur otak.
Ciri dari ensefalopati yang paling mudah terdeteksi, yaitu adanya perubahan pada kondisi mental seseorang.
Apakah Ensefalopati Pada Pasien Covid-19 Bisa Berakibat Fatal?
Peneliti Temukan Gejala Baru Covid-19, Bisa Sebabkan Kondisi Parah / Credit: sba.thehartford.com
Risiko fatal sendiri bergantung pada jenis dan tingkat keparahan ensefalopati yang dialami oleh pasien Covid-19. Gejala neurologis – paling umum berupa hilangnya memori dan kemampuan kognitif secara progresif, perubahan kepribadian, tidak mampu berkonsentrasi, lesu, dan hilangnya kesadaran secara progresif.
Hal tersebut pun turut menjelaskan gejala brain fog – yang juga sering dikeluhkan oleh pasien virus corona. Dilansir dari Detik, ada seorang pasien Covid-19 yang mengungkapkan gejala ini – sekitar tujuh bulan lalu, sejak pasien pertama kali dinyatakan positif virus corona.
Pasien yang merasakan brain fog tersebut – mengalami ‘kelumpuhan’ otak. Bahkan, ia sampai tidak dapat berpikir jernih untuk melakukan hal apapun, termasuk percakapan santai atau menulis pesan dan email.
Featured Image - eatthis.com
Source - detik.com