Penyakit Paru Obstruktif Kronis: Tantangan Baru Kala Pandemi Covid-19
Selama pandemi, berbagai tantangan datang menghampiri, tak terkecuali bagi penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Perlu diketahui, orang dengan PPOK berisiko tinggi terinfeksi virus corona, sekaligus mengalami gejala yang berat.
PPOK – merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi paru-paru. Kondisi ini biasanya ditandai dengan gejala sesak napas dan batuk berdahak kronis yang dialami pasien berulang kali. PPOK kerap dialami oleh orang yang berusia di atas 50 tahun.
Selain itu, penderita PPOK cenderung memiliki sistem imunitas yang lemah. Hal inilah yang juga menyebabkan infeksi virus lebih mudah terjadi. Dari sini, penderita PPOK sangat berpotensi tinggi mengalami gejala yang parah, hingga mengalami risiko fatal seperti kematian.
Kasus PPOK Selama Pandemi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis: Tantangan Baru Kala Pandemi Covid-19 / Credit: hellosehat.com
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit kronis yang menyerang saluran pernapasan. Tahukah kamu bahwa PPOK merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan di dunia? Bahkan, di Indonesia – kasus PPOK sudah mencapai 3,7 persen. Ini diungkapkan berdasar data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di tahun 2013 silam.
Hingga kini, memang belum ada penelitian lebih lanjut yang mengkaji kasus PPOK selama masa pandemi. Tetapi, dilansir dari CNN Indonesia – dikatakan kalau PPOK merupakan penyakit pernapasan yang perlu diwaspadai. Umumnya, PPOK disebabkan oleh paparan polusi udara dan kebiasaan merokok.
Faktor risiko PPOK di Indonesia juga terbilang cukup tinggi, mengingat kadar polusi udara yang cukup mengkhawatirkan, sekaligus prevalensi merokok di Indonesia sudah masuk peringkat tiga terbanyak di dunia.
Perbedaan PPOK dan Covid-19
Penyakit Paru Obstruktif Kronis: Tantangan Baru Kala Pandemi Covid-19 / Credit: halodoc.com
Perlu diketahui, bahwa meski sama-sama menyerang saluran pernapasan, lebih tepatnya organ paru – tetapi, PPOK dan Covid-19 merupakan kondisi kesehatan yang berbeda.
Penurunan fungsi paru pada penderita PPOK – disebabkan oleh sejumlah faktor risiko, seperti paparan polusi udara, infeksi berulang, dan kebiasaan merokok. Gejala yang ditimbulkan biasanya berupa sesak napas, batuk berdahak, dan umumnya dialami oleh orang berusia 50 tahun ke atas.
Sementara, Covid-19 disebabkan oleh infeksi virus corona. Untuk gejala yang sering dialami, berupa demam, batuk tidak berdahak, diare, nyeri otot, dan kehilangan kemampuan mencium serta merasa.
Selama pandemi berlangsung, penderita PPOK sangat disarankan untuk menjaga kesehatan sekaligus fungsi paru. Hindari kebiasaan buruk yang dapat memperburuk kondisi PPOK, serta terapkan protokol kesehatan.
Mulailah dengan menjaga jarak, dan mencuci sabun – yang merupakan tiga poin penting dalam pencegahan penularan virus corona.
Featured Image - lifepack.id
Source - cnnindonesia.com