IDAI: Ini Penyebab Utama Kematian Pasien Covid-19 Anak
Meski angka kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah berangsur menurun, namun bukan berarti masyarakat dapat merasa aman – atau menjadi lengah. Pasalnya, ancaman infeksi virus masih terus mengintai, begitu pula terhadap anak.
Tak bisa dipungkiri, virus corona memang dapat menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Apalagi, saat ini proses pembelajaran tatap muka sudah mulai dilakukan kembali. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap pihak mesti penularan virus secara masif.
Berkaitan dengan Covid-19 pada anak, belum lama ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun merilis studi mengenai kematian virus corona pada anak di Indonesia. Pasalnya, dikatakan bahwa kasus kematian akibat penyakit tersebut termasuk cukup tinggi – dan perlu menjadi perhatian.
Lebih lengkap mengenai hasil studi tersebut, berikut ini ulasan lengkapnya.
IDAI: Ini Penyebab Utama Kematian Anak Akibat Covid-19
Credit Image - bbc.com
Dalam penelitian tersebut, IDAI menyebutkan bahwa ada penyebab utama kematian anak akibat virus corona. IDAI telah melakukan studi retrospektif terhadap data 37.706 kasus anak terkonfirmasi Covid-19 – data ini diperoleh dari laporan kasus Covid-19 pada anak yang dirawat oleh dokter anak. Sejumlah dokter tersebut pun sudah tergabung dalam IDAI selama bulan Maret sampai Desember 2020 silam.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Pediatrics tersebut menyatakan bahwa komorbid – dan juga gagal napas merupakan penyebab utama kematian anak akibat virus corona.
Sebagian besar anak yang meninggal dengan Covid-19 memiliki penyakit melanoma malignant, yakni sebesar 17,3 persen. Kemudian, diikuti oleh gizi buruk (18 persen) dan penyakit jantung bawaan (9 persen). Namun, ada 62 anak terkonfirmasi Covid-19 yang meninggal tanpa penyakit penyerta.
Lalu, ada pula dua diagnosis yang paling sering dilaporkan pada kasus Covid-19 anak, yaitu gagal napas sebesar 54,5 persen – dan sepsis serta syok septik sebesar 23,7 persen. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa malnutrisi dan keganasan merupakan dua dari komorbiditas yang paling umum dialalmi.
Diketahui, malnutrisi dapat membuat anak berisiki lebih tinggi terinfeksi, karena kekebalan yang berkurang – jika dibandingkan dengan individu yang lebih sehat. Fokus pada penurunan angka gizi buruk pada masa kanak-kanak menjadi salah satu konsekuensi signifikan dari Covid-19 dan berdampak pada beberapa aspek terkait akses terhadap makanan bergizi.
Dari rentang usia, kematian tertinggi dalam kasus Covid-19 yang dikonfirmasi adalah dari anak-anak usia 10-18 tahun, diikuti 1-5 tahun (23 persen), 29 hari – kurang dari 12 bulan (23 persen), 0-28 hari (15 persen), dan 6 tahun sampai kurang dari 10 tahun (13 persen).
Selain itu, laporan riset IDAI menunjukkan bahwa ada 10 dearah di Indonesia dengan kasus anak positif Covid-19 terbanyak, seperti yakni Jawa Barat dengan angka 10.903 kasus, dan diikuti oleh Riau (3.580), Jawa Tengah (3.108), Sumatera Barat (2.600), Kalimantan Timur (2.033), Jawa Timur (1.884), Bali (1.524), Sumatera Utara (1.448), DI Yogyakarta (1.275), dan Papua (1.220).
Dan, IDAI juga menyebutkan tujuh daerah dengan kasus kematian anak terkonfirmasi Covid-19 terbanyak, yaitu Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Berdasarkan data tersebut, di antara anak-anak terkonfirmasi Covid-19 yang ditangani oleh dokter anak, angka kematian tertinggi pada anak usia 10-18 tahun (26 persen), diikuti 1-5 tahun (23 persen), 29 hari- kurang dari 12 bulan (23 persen), 0-28 hari (15 persen), dan 6 tahun sampai kurang dari 10 tahun (13 persen).
Selain Kematian, Ada Pula Risiko Gejala Berkepanjangan
Credit Image - cnnindonesia.com
Tak hanya risiko kematian, namun ada pula kondisi long Covid yang mungkin dialami anak. Istilah tersebut pun merujuk kepada kondisi gejala virus corona yang masih dirasakan, hingga berbulan-bulan meskipun sudah dinyatakan sembuh, maupun negatif.
Sebelumnya, banyak orang yang yakin bahwa sindrom ini hanya diderita oleh orang dewasa. Namun faktanya, tidak! Anak-anak juga bisa mengalami kondisi tersebut.
Sebenarnya, gejala pasti dari kondisi long Covid masih belum diketahui, mengingat pandemi masih berlangsung, sehingga ada kemungkinan perubahan di masa mendatang. Meskipun begitu, berdasarkan sejumlah data yang diperoleh, sejumlah gejala long Covid yang mungkin dialami oleh anak, yaitu:
- Merasa lelah
- Batuk
- Demam yang naik-turun
- Nyeri kepala
- Nyeri otot
- Nyeri dada
- Anosmia
- Gangguan pencernaan
- Sulit fokus atau berkonsentrasi, serta gejala lainnya
Jadi, orangtua mesti mewaspadai sejumlah gejala di atas, terutama ketika anak sudah terkonfirmasi positif Covid-19.
Untuk Itu, Tetap Ajak Si Kecil Lakukan Langkah Pencegahan!
Credit Image - m.dream.co.id
Agar Si Kecil tetap terlindungi dari beragam risiko berbahaya, termasuk akibat infeksi virus corona, ada baiknya orangtua terus mengajaknya untuk menjalani pola hidup bersih dan sehat. Hal tersebut memang penting dalam rangka mencegah paparan virus, kuman, dan bakteri penyebab penyakit – termasuk Covid-19.
Ajak anak untuk selalu melakukan protokol kesehatan 5M – yang meliputi, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Selain itu, yang juga tidak kalah pentingnya, jagalah selalu kesehatan tubuh dan sistem kekebalan Si Kecil, seperti dengan mengajaknya hidup sehat. Hal ini bisa diterapkan dengan memberi asupan makanan bergizi seimbang, mengajak anak melakukan aktivitas fisik, dan pastikan ia sudah mendapat waktu istirahat yang cukup.
Orangtua juga disarankan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral Si Kecil dengan memberi asupan multivitamin dengan kandungan lengkap. Direkomendasikan memberi Enervon-C Plus Sirup yang aman diberikan kepada anak setiap harinya.
Multivitamin andalan anak yang satu ini mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D – Nah, Enervon-C Plus Sirup dapat membantu menjaga daya tahan tubuh anak agar ia tidak mudah sakit.
Sejumlah kandungan dalam multivitamin Enervon-C Plus Sirup juga berperan penting untuk ntuk mendukung perkembangan anak, membantu optimalkan tumbuh kembang Si Kecil, membuatnya tetap aktif di masa pertumbuhan, meningkatkan napsu makan, serta membantu pembentukan tulang dan gigi.
Di masa pandemi, ada baiknya terus mengimbau anak agar ia tetap menjalani protokol kesehatan, sekaligus menjaga kesehatan tubuhnya. Langkah tersebut akan membantu meminimalisir risiko paparan virus, serta menghindari anak mengalami kondisi berbahaya!
Featured Image – theasianparent.com
Source – cnnindonesia.com