Disleksia pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Dampaknya
Moms, usia balita memang kerap menjadi momen anak untuk mempelajari berbagai hal. Apakah kamu setuju? Meski demikian, ada hal yang juga wajib diperhatikan orangtua, yaitu ketika Si Kecil mengalami suatu kesulitan, seperti mengeja dan membaca.
Perlu kamu ketahui, kondisi tersebut bukan karena anak malas, lho. Namun, bisa saja ia mengalami disleksia – atau gangguan ketika membaca, mengeja, menulis, atau berbicara dengan jelas. The International Dyslexia Association menyatakan bahwa disleksia adalah salah satu penyakit saraf pada anak. Hal ini ditandai ketika ia kesulitan mengenali huruf, kata, hingga kemampuan mengeja yang buruk.
Untuk mengenali kondisi disleksia pada anak, berikut ini tanda – dan gejala, penyebab, dampak, hingga cara mengatasinya yang perlu diketahui.
Tanda Disleksia pada Anak
Credit Image - alodokter.com
Gangguan yang satu ini biasanya lebih sulit dikenali apabila Si Kecil belum mulai sekolah. Karena, disleksia akan terlihat di masa perkembangan anak, ketika ia sudah mulai belajar untuk membaca, moms. Meski demikian, sebenarnya ada beberapa tanda yang bisa diperhatikan, lho, seperti:
- Anak terlambat berbicara
- Lambat dalam mempelajari kata-kata baru
- Kesulitan membentuk kata dengan benar, misalnya sering terbalik-balik, atau sukar memahami kata yang mirip
- Kesulitan untuk mengingat huruf, angka, dan warna
- Kemampuan membaca yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya
- Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengarnya
- Sulit untuk menemukan kata atau kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan
- Sulit mengingat urutan kejadian
- Tidak bisa mengucapkan kata yang tidak dikenal
- Menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas membaca atau menulis
- Sering menghindari kegiatan membaca
Sayangnya, masih banyak yang malah mengartikan bahwa kondisi tersebut dialami karena anak malas saja. Padahal, biasa saja ia mengalami disleksia – yang mungkin tidak diketahui oleh orangtua, maupun guru. Untuk itu, pastikan moms peka terhadap berbagai tanda dan gejala disleksia, terutama ketika ia berada di masa kanak-kanak, ya.
Apa yang Menyebabkan Kondisi Disleksia?
Credit Image - brilio.net
Dikutip dari Kids Health, penelitian telah menunjukkan bahwa dysleksia atau kesulitan membaca terjadi karena ada perbedaan dari cara otak memproses informasi. Secara garis besar, penyebab penyakit disleksia pada anak terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Genetik
Penyebab disleksia yang paling umum adalah cacat pada gen DCD2 dan biasanya diturunkan dari anggota keluarga. Kondisi ini ini bermula saat cerebrum atau bagian otak yang mengatur aktivias berpikir, membaca, dan bahasa tidak berfungsi dengan baik.
2. Kondisi lainnya
Selain faktor keturunan, penyebab disleksia adalah gangguan yang dialami anak setelah dilahirkan seperti cedera otak atau trauma lainnya. Berikut beberapa faktor lainnya yang bisa menjadi penyebab kondisi ini, seperti:
- Bayi lahir secara prematur – atau berat badan rendah.
- Paparan nikotin, obat, alkohol, atau infeksi selama kehamilan.
- Kelainan pada struktur otak yang berperan dalam kegiatan mengolah kata dan berpikir.
Dampak Disleksia yang Mungkin Dialami Si Kecil
Credit Image - haibunda.com
Seperti yang sudah disebutkan, sayangnya kondisi disleksia sering luput dari pengawasan orangtua, lho. Bahkan, ada anak yang tidak menyadari punya kondisi yang satu ini hingga ia beranjak dewasa. Umumnya, anak disleksia bisa mengalami beberapa dampak, moms, yaitu:
1. Proses belajar yang bermasalah
Membaca dan menulis adalah keterampilan dasar yang harus dikuasai seseorang. Bukan hanya untuk belajar saja, tetapi juga penting untuk kehidupan dewasa nanti. Anak juga bisa tidak naik kelas karena tertinggal banyak pelajaran. Ketika dewasa, pekerjaan yang bisa dilakukan pun terbatas.
2. Masalah sosial
Tanpa perawatan, kondisi ini bisa membuat anak jadi minder dengan teman-temannya sehingga mengganggu perkembangan sosial emosionalnya. Selain itu, anak akan cenderung menarik diri dari lingkungan, memiliki masalah dalam berperilaku, cemas, dan lebih agresif.
3. Kesehatan mental jadi lebih buruk
Anak dengan kondisi ini berisiko lebih tinggi mengalami gangguan ADHD. Bila anak mengidap ADHD yang membuat perhatian dan perilaku hiperaktifnya sulit dikontrol, disleksia bisa semakin sulit untuk diatasi.
Perawatan yang Bisa Digunakan
Credit Image - bloktuban.com
Kondisi disleksia mungkin akan cukup sulit didiagnosa, serta diatasi dengan sempurna. Untuk itu, agar perawatan berhasil – dan anak mengalami kemajuan, tentunya diperlukan dukungan baik dari sekolah maupun orangtua sendiri, moms.
Mengobati disleksia bisa dilakukan dengan beberapa metode, seperti stimulasi edukasi. Lewat cara ini, anak akan dibantu untuk menggunakan beberapa indra sekaligus untuk belajar, seperti mendengarkan materi yang telah direkam sambil menulis.
Selain itu, moms bisa menggunakan bantuan teknologi untuk mempermudah proses belajar Si Kecil, ya. Misalnya, program pengolah kata yang bisa digunakan guna membantu memeriksa ejaan secara otomatis sehingga bisa meminimalisir kesalahan dalam tulisan. Atau, progam text to speech memungkinkan komputer untuk membaca teks seperti yang tertera di layar. Tujuannya, untuk melatih indra penglihatan dan pendengaran.
Dan yang terpenting, agar anak tetap semangat untuk belajar, moms harus menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Caranya mudah, yaitu dengan memuji atau merayakan setiap kemajuannya dalam belajar.
Kemudian, bantulah anak untuk memahami kondisinya. Dengan begitu, anak tidak akan merasa dirinya lebih buruk atau tidak beruntung dibandingkan teman-temannya. Ini penting guna membangun kepercayaan diri anak untuk bersosialisasi dengan orang lain agar tidak terjadi gangguan emosional.
Wah, itulah serba-serbi soal disleksia – suatu kondisi yang mungkin saja dialami oleh anak. Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, termasuk dalam urusan kecerdasan, pastikan moms sudah memenuhi kebutuhan nutrisinya, ya.
Berikan buah dan sayuran untuk mencukupi nutrisi, termasuk vitamin. Sebagai pelengkap, kamu juga dapat berikan multivitamin dengan kandungan lengkap untuk si kecil. Namun, multivitamin apa yang direkomendasikan?
Berikan Enervon-C Plus Sirup yang mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D – yang penting untuk dukung perkembangan kecerdasan anak.
Tak hanya itu, Enervon-C Plus Sirup pun dapat bantu optimalkan tumbuh kembang si kecil, membuat anak tetap aktif di masa pertumbuhannya, meningkatkan nafsu makan, membantu pembentukan tulang dan gigi, serta bantu pelihara daya tahan tubuhnya biar tidak mudah sakit.
Featured Image – klikdokter.com