7 Tanda DBD pada Anak, Jangan Sepelekan Demam pada Anak!
Dari berbagai kalangan usia, anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terkena demam berdarah dengue (DBD). Untuk itu, orangtua perlu mengenali tanda anak terkena penyakit DBD, sehingga langkah tepat bisa segera dilakukan.
Dilansir dari CNN Indonesia, Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Anggraini Alam menjelaskan bahwa ada beberap faktor yang membuat anak lebih rentan terkena demam berdarah.
Faktor tersebut, yaitu anak dekat dengan lingkungan perkembangbiakan nyamuk DBD, seperti perkotaan, perumahan, dan lingkungan bersih. Kemudian, jam aktivitas atau waktu anak bermain sama dengan ketika nyamuk DBD tengah aktif.
Berikut ini tanda-tanda anak sakit demam berdarah yang perlu diperhatikan orangtua.
Apa Saja Tanda Anak DBD?
Credit Image - klikdokter.com
Ada berbagai tanda demam berdarah pada anak yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Sakit kepala
- Demam tinggi
- Nyeri saat menggerakkan bola mata
- Terkadang disertai mimisan dan buang air besar bercampur darah
- Timbul bintik-bintik merah di kulit
- Badan terasa lemah dan lesu
- Muntah
Fase Demam pada DBD
Demam tinggi bisa berlangsung 2-7 hari. Anggi berkata demam ini tidak mudah diturunkan, meski sudah mengonsumsi obat penurun demam. Demam ini bisa disertai wajah memerah. Di fase ini, ada beberapa potensi komplikasi antara lain, dehidrasi karena kurang asupan cairan, muntah, peningkatan metabolisme, kejang, dan pendarahan hebat – namun kondisi ini jarang terjadi.
Fase Pemulihan
Credit Image - motherandbeyond.id
Transisi dari fase demam ke fase kritis justru jadi waktu yang perlu diwaspadai orangtua. Biasanya pada hari ketiga, suhu tubuh anak bisa turun atau tidak demam sama sekali. Jadi, jangan bahagia kalau suhu tubuh turun, karena ini tengah memasuki fase kritis.
Tipsnya, bila pada dengue suhu turun tapi anaknya makin diam, kelihatan lemah, gelisah, badan tidak enak, buang air kecil kurang, 4-6 jam kok belum pipis, susah minum, maka segera lakukan rawat inap.
Pada fase kritis, bisa terjadi perembesan plasma hingga syok dengan berbagai komplikasi seperti pendarahan, gagal hati, gangguan organ dan fatality rate tinggi. Fase kritis memang hanya berlangsung 24-48 jam, tetapi justru fase inilah yang menentukan apa pasien selamat atau tidak.
Fase Pemulihan
Jika fase kritis mampu dilewati pasien, maka kemudian masuk fase pemulihan. Di sini terjadi stabilisasi tanda vital, pendarahan berangsur berkurang atau berhenti, penyerapan kembali cairan ke intravaskular dan nafsu makan meningkat serta tubuh merasa lebih baik.
Meski demikian, orangtua tetap harus bersiap dengan potensi komplikasi seperti kelebihan penyerapan cairan. Untuk itu, mengenai tanda anak sakit DBD sekaligus gejala pada tiap fasenya demi menghindari kemungkinan terburuk adalah hal yang penting. Apalagi di fase kritis, tingkat kefatalan cukup tinggi.
Penanganan Demam Berdarah pada Anak
Credit Image - alodokter.com
Sebenarnya tidak ada pengobatan khusus untuk DBD. Pada hari-hari awal kemunculan gejala, anak masih bisa dirawat di rumah. Selama demam, anak dapat diberikan obat untuk meredakan demam dan nyeri yang dirasakan.
Hindari memberikan obat pereda rasa sakit seperti aspirin dan ibuprofen karena dapat memengaruhi kadar trombosit dalam darah dan meningkatkan risiko perdarahan.
Selain itu, orang tua juga bisa melakukan beberapa cara penanganan berikut di rumah:
- Memberikan kompres pada dahi, ketiak, dada, selangkangan anak
- Memastikan anak mendapat istirahat yang cukup
- Memberikan banyak cairan pada anak untuk mencegah dehidrasi, baik dalam bentuk makanan atau minuman
- Memberikan makanan yang kaya akan nutrisi ini juga dapat membantu memperkuat imunitas anak saat menderita DBD, sehingga ia juga lebih cepat sembuh
Selama anak dirawat di rumah, orangtua harus selalu memperhatikan setiap gejala yang ada. Anak mungkin perlu dibawa ke rumah sakit jika ia mengalami gejala dehidrasi karena terlalu banyak muntah atau kehilangan nafsu makan. Di rumah sakit, ia akan mendapatkan cairan melalui infus.
Orangtua juga tidak boleh lengah ketika demam anak turun dan ia terlihat sudah sembuh. Tetap perhatikan kondisi anak setiap saat. Segera bawa anak ke IGD jika ia mengalami salah satu dari gejala DBD berat yang telah dijelaskan sebelumnya.
Cara Menghindari DBD
Jika kamu dan anak berada di lokasi berisiko tinggi demam berdarah, ada langkah-langkah perlindungan yang dapat dilakukan. Dilansir dari Mayo Clinic, cara terbaik untuk mencegah DBD pada anak adalah dengan menghindari gigitan nyamuk yang membawa penyakit tersebut.
Berikut ini langkah yang bisa dilakukan:
- Gunakan pakaian tertutup
- Gunakan pengusir nyamuk
- Memberantas penyebab nyamuk
- Menjaga kebersihan rumah dengan tidak membiarkan sampah menumpuk, bersihkan sudut rumah, singkirkan tempat berkembang biak nyamuk, dan hindari menanam tanaman di bulan-bulan ketika penyakit DBD menyebar.
- Meningkatkan kekebalan tubuh
Untuk meningkatkan kekebalan anak, maka pastikan ia sudah mencukupi kebutuhan nutrisinya dengan baik, sehingga kebutuhan vitamin dan mineral pun terpenuhi. Tak hanya dari makanan, mikronutrien tersebut bisa didapatkan dengan rutin mengonsumsi multivitamin yang memiliki kandungan lengkap.
Berikan multivitamin Enervon-C Plus Sirup yang mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D yang dapat membantu menjaga daya tahan tubuh anak.
Selain itu, sejumlah vitamin tersebut juga dapat membantu meningkatkan nafsu makan Si Kecil, mengoptimalkan tumbuh kembangnya, memperkuat tulang dan gigi, sekaligus membantu penuhi kebutuhan nutrisi harian.
Moms dan dads, yuk peroleh multivitamin Enervon-C Plus Sirup dengan mendapatkannya di official store di Tokopedia.
Jadi, itulah gejala demam berdarah pada anak – dan fasenya yang perlu diperhatikan orangtua. Yuk, terus waspadai deretan indikasi di atas!
Featured Image – halodoc.com
Source – cnnindonesia.com