Tiger Parenting: Ciri, Positif, dan Negatifnya bagi Anak
Setiap orang tua pasti memiliki metode dan cara pengasuhan yang berbeda. Hal yang perlu disadari adalah satu jenis pola asuh dapat memberikan dampak positif sekaligus dampak negatif. Sehingga penting dilakukan bagi ibu dan ayah untuk menganalisis dengan tepat tujuan apa yang akan dicapai dan pola mana yang perlu diterapkan. Tiger parenting adalah salah satu metode pengasuhan anak yang memiliki dua sisi, positif dan negatif. Mari mengenal ciri tiger parenting lebih detail pada ulasan berikut ini.
Tiger Parenting dan Cirinya
Tiger parenting adalah pola pengasuhan anak yang cenderung tegas, disiplin, dan keras. Orang tua dengan metode ini yakin pada ketakutan akan membuat anak tangguh dan siap menempuh kesuksesan saat dewasa. Anak-anak dengan orang tua tiger parenting diberikan dorongan lebih untuk mengeluarkan potensi yang ada pada dirinya. Meski terlihat terlalu keras, orang tua tetap membantu anak menghadapi hambatan yang terjadi. Simak cirinya berikut ini:
1. Fokus pada Hasil dan Target Dibanding Proses
Orang tua akan mudah marah ketika anak tidak mampu mencapai target yang mereka tentukan. Meskipun anak sudah melalui proses belajar dan usaha terbaik, orang tua tidak mempertimbangkannnya.
2. Kurang Percaya dengan Anak
Saat anak dipertemukan pada pilihan dan harus menentukan salah satu, orang tua tiger parenting akan memilihkannya dengan pertimbangan mereka sendiri. Biasanya bersifat material, seperti mendatangkan kesuksesan karier, penghasilan besar, dan sebagainya. Mereka kurang atau tidak percaya dengan pilihan anak.
3. Aturan Tegas pada Banyak Hal
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, orang tua dengan pola asuh ini menerapkan aturan tegas pada banyak hal. Bahkan memberikan hukuman ketika anak tidak mampu menepatinya.
4. Menerapkan Rutinitas Harian yang Kaku
Biasanya orang tua tiger parenting akan memberikan daftar kegiatan harian yang kaku kepada anak. Mulai dari mengikutkan anak dalam berbagai macam les sepulang sekolah, mencegah anak bermain dengan temannya, dan sebagainya.
Dampak Positif Tiger Parenting
Meski terkesan negatif, metode pola asuh ini juga bisa mendatangkan manfaat jika dilakukan dengan baik dan benar.
1. Menanamkan Sikap Disiplin dan Berjuang Keras
Dengan kebiasaan aturan dan hukuman orang tua sejak kecil, anak memiliki sikap disiplin yang terlatih. Hal ini akan sangat berguna jika minat dan bakat mereka pada pekerjaan di bawah otoritas atau instansi, misalnya akuntan. Anak-anak juga akan terbiasa berjuang keras untuk mendapatkan tujuan yang diinginkannya.
2. Terbiasa Belajar dan Tangguh Menghadapi Masalah
Dengan jadwal harian ketat dan fokus pada materi belajar, anak-anak akan memiliki pola belajar yang teratur dan alami. Artinya, pada usia tertentu mereka akan langsung belajar tanpa disuruh. Saat menghadapi masalah pun mereka akan lebih tangguh.
3. Mengajarkan Tanggung Jawab dan Fokus
Anak juga akan terbiasa fokus pada apa yang dikerjakannya, meskipun hal ini dilatarbelakangi oleh rasa takut. Rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diembankan kepadanya juga akan dijaga dengan baik agar tidak mengecewakan orang tua.
Dampak Negatif Tiger Parenting
Sayangnya, dampak negatif tiger parenting bisa lebih banyak dan krusial dibandingkan dengan manfaatnya. Apalagi jika karakter anak cenderung aktif dan bebas berekspresi, misalnya anak generasi Z dan generasi alfa. Dampak negatif tersebut adalah:
1. Gangguan Perilaku pada Anak
Karena ayah dan/atau ibu menerapkan banyak hukuman dan aturan tegas, anak akan memiliki gangguan perilaku seperti ketakutan berlebih. Bila yang ditakuti berbahaya atau merugikan, hal itu masih normal. Namun jika hal yang ditakuti justru membuat mereka berkembang, hal ini sangat disayangkan. Anak menjadi tertutup, tidak kreatif, kurang percaya diri, hingga sulit bersosialisasi dengan lingkungan yang beragam.
2. Beban Berlebihan
Dengan konsumsi perintah dan target dari orang tua setiap hari, anak menjadi memiliki beban pikiran berlebih. Harapan orang tua yang tinggi pada kesuksesan membuat mereka rentan terkena stres.
3. Gangguan Mental
Pada tahap yang semakin parah, anak bisa menunjukkan gejala gangguan mental. Beberapa gejala yang kerap ditemui adalah gangguan kecemasan, gangguan emosional, hingga depresi. Bukan saat mereka beranjak dewasa, tanda ini juga bisa muncul pada anak usia sekolah.
4. Hubungan Anak dan Orang Tua Kaku dan Tidak Dekat
Anak akan melihat orang tua mereka sebagai seorang atasan atau bos yang harus dituruti. Hal ini membuat hubungan keduanya menjadi kaku serta tidak ada kedekatan yang hangat. Akhirnya perasaan sayang menjadi lebih sulit ditampakkan dan sulit terlihat.
Sampai di sini mungkin muncul pertanyaan, jadi harus menerapkan tiger parenting atau tidak? Jawabannya tergantung pada tujuan apa yang akan dicapai ibu dan ayah untuk anaknya. Jika kamu ingin mendapatkan dampak positif tiger parenting, maka hal-hal yang dapat mengakibatkan dampak negatifnya harus dihindari. Kombinasikan dengan pola asuh lain yang mampu mengurangi risiko terjadinya efek negatif, misalnya dengan s. Tegas dan disiplin bisa diberikan beriringan dengan kasih sayang dan perhatian hangat kepada buah hati.
Untuk urusan kesehatan anak dan keluarga, disiplin dan tegas harus diterapkan di rumah. Meski terlihat sulit, kebiasaan pola hidup sehat memang harus dimulai sejak dini agar anak-anak memahami pentingnya hal tersebut. Temani hari-hari Moms dan keluarga dengan tambahan makan yang membantu memastikan kebutuhan vitamin dan mineral harian terpenuhi. Dengan vitamin A, vitamin C, vitamin B kompleks, serta mineralnya, Enervon-C Effervescent hadir untuk keluarga. Bentuknya yang mudah larut dan mudah dikonsumsi membuat suplemen ini perlu masuk dalam daftar makanan sehat Moms dan keluarga. Untuk memastikan produk yang asli, beli produk Enervon-C Effervescent melalui official store Tokopedia dan Shopee Enervon.