Penjelasan Demam Turun Setelah Minum Obat Lalu Naik Lagi
Demam menjadi salah satu keluhan kesehatan paling umum yang terjadi pada manusia. Banyak orang mampu melewati masa-masa demam dalam beberapa hari dengan bantuan obat generik atau bahkan dengan istirahat cukup dan makan sehat. Namun sebagian yang lain menemui kasus demam turun setelah minum obat kemudian naik lagi. Apakah hal tersebut wajar terjadi atau merupakan tanda gangguan kesehatan serius? Jangan panik! Kondisi tersebut umum terjadi dengan penyebab yang beragam. Mari mencermati penyebab, cara mengatasi, dan tanda yang harus diwaspadai dan perlu segera mendapat pertolongan medis.
Demam: Cara Kerja dan Jenisnya
Demam adalah satu dari deretan respons tubuh saat sistem imun melawan bakteri, virus, dan parasit penyebab penyakit. Beberapa gejala yang umumnya dirasakan saat seseorang mengalami demam adalah suhu tubuh meningkat, menggigil meski orang di sekitarnya tidak merasa kedinginan, nafsu makan menurun, lebih mudah nyeri otot, energi menurun drastis, lemas, hingga sulit konsentrasi. Ahli kesehatan sepakat suhu tubuh mencapai lebih dari 37 derajat celcius.
Reaksi tubuh berupa demam ini terjadi ketika sistem imun menyerang patogen pembawa penyakit. Sistem imun akan melepas zat bernama pyrogen sebagai respons terhadap penyakit. Sayangnya, pyrogen ini juga memicu hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh hingga beberapa derajat lebih tinggi dari normalnya (36-37 derajat celcius). Sebagai dampak suhu tubuh yang tinggi, otak kemudian mengirim sinyal kepada tubuh untuk berkeringat dan melebarkan pembuluh darah agar panas tubuh segera ‘menguap’.
Dilihat dari durasinya, demam bisa dibagi menjadi 3 jenis. Pertama adalah demam akut yang berlangsung kurang dari 7 hari. Kedua adalah subakut yang berlangsung hingga 14 hari, dan yang terakhir adalah demam kronis yang berlangsung lebih dari 14 hari. Jika penyebab utamanya berhasil dilawan, demam biasanya akan turun dengan sendirinya selama beberapa hari.
Penyebab Demam Turun Setelah Minum Obat Kemudian Naik Lagi
Dalam banyak kasus juga ditemui penderita yang suhu tubuhnya saat demam turun setelah minum obat kemudian naik lagi. Sebagian orang mengalaminya beberapa jam dan sebagian yang lain merasakan suhu tubuh naik kembali beberapa hari setelah sembuh. Berikut ini adalah beberapa penyebab dan mekanisme tubuh yang bisa dijelaskan.
1. Efek Obat Telah Habis
Obat penurun panas dalam merek atau jenis apa saja tetap memiliki efek yang terbatas dan demam bisa naik lagi jika efeknya sudah habis. Jika acetaminophen atau paracetamol memiliki efek maksimal 6 jam setelah dikonsumsi, maka ibuprofen memiliki efek yang lebih lama yaitu maksimal 8 jam. Penderita demam perlu mengulangi konsumsi setiap 6-8 jam sekali jika gejala demam masih dirasakan. Sebagai catatan, hentikan konsumsi paracetamol jika kamu ingin mengonsumsi ibuprofen.
2. Infeksi yang Belum Dituntaskan
Masih berkaitan dengan penyebab pada poin sebelumnya, bisa jadi sistem imun belum menyelesaikan ‘urusannya’ dengan patogen pembawa penyakit. Sehingga seluruh komponen kekebalan tubuh akan terus berproses dengan cara kerja yang sudah dijelaskan di atas tadi. Misalnya jika infeksi disebabkan oleh virus, tubuh membutuhkan setidaknya 2-3 hari untuk melawannya. Sepanjang hari tersebut, kamu hanya bisa mengelola gejalanya namun tidak bisa memaksa demam untuk berhenti total.
3. Resistensi Obat Antibiotik
Kemudian apabila demam terjadi akibat infeksi bakteri, maka penderitanya mungkin akan membutuhkan obat antibiotik. Sayangnya, salah satu efek negatif dari penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol dan tidak tepat adalah resistensi antibiotik. Kondisi ini terjadi ketika bakteri mampu berevolusi untuk menghindari efek antibiotik dalam berbagai skema. Ketika hal ini terjadi, obat antibiotik jenis apa pun tidak efektif untuk melawan bakteri tertentu. Dengan kata lain, demam bisa terus terjadi karena obat antibiotik tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Itulah kenapa konsumsi obat antibiotik harus dengan resep dokter dan harus mengikuti aturan konsumsi dengan ketat. Karena antibiotik tidak akan menyembuhkan demam yang diakibatkan oleh virus, jangan mengonsumsinya bila penyebab demam belum pasti karena bakteri.
4. Kemungkinan Gangguan Kesehatan yang Lebih Serius
Selain ketiga penyebab di atas, demam yang naik turun kemungkinan merupakan tanda seseorang mengalami gangguan kesehatan lain yang lebih berat. Beberapa penyakit yang patut dicurigai adalah tipes, malaria, penyakit autoimun, gangguan hormon, hingga Sindrom Demam Berulang. Penderita demam ini perlu pemeriksaan medis yang lebih menyeluruh bersama dokter untuk mengidentifikasi penyebab pastinya.
Photo by Polina Tankilevitch: https://www.pexels.com/photo/thermometers-on-white-surface-3873176/
Cara Mengatasi Demam Naik Turun
Jika kamu mengalami gejala yang masih ringan, tidak perlu panik! Sama seperti demam pada umumnya, kondisi demam naik turun juga bisa diatasi terlebih dahulu di rumah dengan beberapa cara berikut ini.
- Lebih Banyak Istirahat – Tidak apa-apa jika kamu membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak saat demam. Hal ini wajar terjadi karena sistem imun membutuhkan lebih banyak energi dibanding biasanya sehingga tubuh akan cenderung lebih lemah.
- Cukupi Hidrasi Tubuh – Jangan sampai dehidrasi karena bisa memperburuk kondisi tubuh saat demam dan memicu komplikasi serius. Selain itu, air putih atau cairan yang dikonsumsi akan mendinginkan temperatur tubuh sekaligus mengganti elektrolit yang hilang akibat berkeringat, buang air kecil, muntah, atau diare. Tidak hanya air putih, kamu bisa mencukupinya dari jus buah, susu, atau kuah sup.
- Lakukan Pertolongan Pertama – Beberapa langkah pertolongan pertama demam di rumah adalah kompres hangat pada ketiak atau selangkangan selama 10-15 menit, mengenakan pakaian tipis, dan jaga suhu ruangan tetap sejuk. Penggunaan kipas angin bisa membantu menurunkan suhu tubuh.
- Konsumsi Obat Penurun Panas – Untuk membantu meredakan gejala demam yang mengganggu seperti nyeri, penderita dapat mengonsumsi beberapa obat penurun panas yang mudah didapatkan di apotek tanpa resep dokter. Beberapa di antaranya adalah ibuprofen, acetaminophen atau paracetamol, aspirin, dan lain-lain sesuai saran apoteker. Jangan mengonsumsi antibiotik jenis apa pun tanpa resep dokter untuk menghindari efek sampingnya.
- Penuhi Asupan Nutrisi – Bantu optimalkan performa daya tahan tubuh dengan mencukupi asupan nutrisi harian, baik dari makanan utama maupun dengan bantuan suplemen. Pilih menu makan yang mudah dicerna seperti roti, buah tanpa kulit dan rendah serat, yogurt, bubur, dan lain-lain. Hindari makanan yang digoreng, makanan instan, daging, sayur mentah, tinggi gula-garam, dan semacamnya.
Tanda Penderita Demam Harus ke Dokter
Ada beberapa ciri atau tanda lain yang harus diwaspadai dan penderita demam harus segera melakukan pemeriksaan lanjut oleh dokter. Momennya bisa saja muncul sebelum melakukan cara-cara di rumah yang disebutkan sebelumnya. Perhatikan daftarnya berikut ini:
- Suhu tubuh terlalu tinggi atau di atas 39-40 derajat celcius untuk orang dewasa. Itulah kenapa mengecek suhu tubuh dengan termometer secara berkala sangat disarankan.
- Durasi demam terlalu panjang atau lebih dari 7 hari.
- Ketika demam terjadi pada anak-anak, perempuan hamil, atau lansia selama lebih dari 48 jam.
- Demam yang berlangsung kurang dari seminggu tapi suhu tubuh tidak kunjung turun atau bahkan terus naik meskipun sudah melakukan beberapa bentuk pertolongan pertama.
- Muncul gejala penyerta yang mengkhawatirkan, seperti kejang, sesak napas, ruam kulit, syok, dan lain sebagainya. Tidak perlu melakukan cara mengatasi demam di atas, tapi penderita harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Tips Mencegah Demam Melalui Gaya Hidup Sehat
Munculnya demam sebagai reaksi tubuh dalam melawan penyakit adalah tanda sistem imun kamu bekerja dengan baik. Meskipun begitu, kamu juga perlu menjaga beban kerja kekebalan tubuh tetap stabil dengan berusaha mencegah demam. Terutama pada waktu atau lokasi yang memiliki risiko tinggi memicu demam, seperti musim hujan, musim dingin, sering berkerumun, dan masih banyak lagi lainnya.
Beberapa bentuk pencegahan demam yang harus diterapkan adalah menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang, rutin berolahraga, memiliki pola tidur cukup dan teratur, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Bila perlu, dapatkan vaksin untuk mencegah penyakit menular akibat infeksi. Sebagai contoh, vaksin influenza disarankan untuk diperoleh satu tahun sekali.
Dukung Pemenuhan Asupan Nutrisi Harian dengan Enervon-C Effervescent
Menyambung tips gaya hidup di atas, dukung pemenuhan gizi harian kamu dengan salah satu produk suplemen terpercaya di Indonesia yaitu Enervon-C Effervescent. Dengan tablet yang mudah larut dalam air putih, kamu bisa sekaligus membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Selain vitamin C (1000 mg), tablet effervescent satu ini juga mengandung vitamin B kompleks, niacinamide, dan kalsium pantotenat. Jadi tidak hanya membantu proses pemulihan dari sakit saja, kamu juga akan terbantu dalam hal menguatkan sistem imun dan memperlancar metabolisme. Dapatkan produknya melalui toko resmi Enervon di Tokopedia dan Shopee.
Referensi:
- Harvard Health Publishing. 2023. Fever. Diakses dari https://www.health.harvard.edu/a_to_z/fever-a-to-z
- Yvette Brazier. 2024. Fever: What You Need to Know. Diakses dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/168266
- The Pediatric Clinic. Fever. Diakses dari https://www.thepediatric.com/resources/helpful-articles/fever
- Yacob Habboush dan Nilmarie Guzman. 2023. Antibiotic Resistance. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513277/
Featured Photo by Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/photo/woman-in-gray-tank-top-3812757/