Varian Mu dan Delta, Mana Sih yang Lebih Berbahaya?
Seperti diketahui, varian Covid-19 terus bermutasi dari waktu ke waktu. Jika sebelumnya sudah ditemukan varian Mu – atau disebut sebagai B1621.
Saat ini, varian Mu sudah ditambahkan oleh Organisasi kesehatan Dunia (WHO) di dalam daftar pantauannya sejak akhir Agustus 2021 silam. Varian tersebut pun disebut sudah menyebar – dan terdeteksi di 39 negara dunia.
Menanggapi varian Mu, akankah mutasi yang satu ini akan menyebabkan lonjakan layaknya varian Delta? Dan, manakah yang paling berbahaya di antara kedua varian virus tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak ulasannya di bawah ini.
Varian Mu: Mutasi Terbaru Covid-19
Credit Image - sfgate.com
Varian yang satu ini pertama kali ditemukan di Kolombia pada bulan Januari 2021 silam. Disebut sebagai varian Mu, ini disebut punya potensi transmisi yang cukup tinggi, hampir sama dengan varian Delta yang juga mudah menular. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun sudah memasukkan varian Mu dalam kategori variant of interest (VOI).
Variant of interest merupakan kategori yang diartikan ada indikasi varian memiliki mutasi yang bisa memengaruhi sifat penularan, kepekaan alat tes, keparahan gejala, hingga kemampuan virus dalam menghindari sistem imunitas.
Saat ini, varian Mu sudah terdeteksi di 39 negara, bahkan disebut dikhawatirkan dapat menghindari sebagian kekebalan yang dikembangkan usai terinfeksi virus – maupun setelah mendapat vaksin Covid-19.
Dikatakan bahwa varian Mu memiliki sekelompok mutasi yang membuatnya kurang rentan terhadap perlindungan kekebalan. Dari informasi yang diberikan WHO, varian Mu disebut punya konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari sistem kekebalan yang telah terbentuk.
Selain itu, disebutkan juga bahwa varian Mu bisa menghindari pertahanan kekebalan dengan cara yang mirip dengan B.1.351 atau varian Beta – yakni, varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan. Namun, ungkapan tersebut masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
Yang dikhawatirkan dari varian Mu adalah mutasi yang dibawanya, seperti P681H, yang juga ditemukan pada B.1.1.7 atau varian Alpha, dan dikaitkan dengan transmisi yang lebih cepat. Mutasi lainnya adalah E484K dan K417N yang membantu virus menghindari pertahanan kekebalan.
Namun, Varian Mu Tak Seganas Delta
Credit Image - economictimes.indiatimes.com
Perbedaan yang cukup mencolok di antara varian Mu dan Delta, yakni tingkat keganasannya. Dijelaskan oleh Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, dr Gunadi, SpBA, PhD mengatakan bahwa varian Mu tidak lebih ganas dari Delta.
Pasalnya, varian Delta pun sudah masuk ke dalam kategori variant of concern (VoC) yang mesti diwaspadai. Meski tak seganas Delta, namun varian Mu disebut dapat menyebabkan penurunan kadar antibodi – baik yang terbentuk karena infeksi, maupun vaksinasi.
Perlu diketahui bahwa virus Covid-19 akan terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru yang memiliki tingkat keganasan – dan keparahan yang berbeda-beda, ketika terinfeksi virus tersebut. Tapi, tak perlu khawatir berlebihan, karena bagi yang sudah pernah positif – maupun vaksin, tetap akan memiliki kekebalan alami.
Kekebalan alami yang sudah terinfeksi walaupun belum vaksin – ini sama dengan mengukur efektivitas vaksin terhadap suatu varian dengan melakukan riset terlebih dahulu. Yang pasti, masyarakat tetap harus menjalani protokol kesehatan, termasuk bagi yang sudah memperoleh vaksin.
Tak Akan Sia-Sia, Vaksin Tetap Bermanfaat Untuk Minimalkan Gejala
Credit Image - feam.eu
Disebutkan sebelumnya bahwa antibodi manusia bisa terus menurun, mengingat adanya varian virus yang terus bermunculan. Mungkin, hal tersebut membuat banyak yang berpikir kalau vaksin merupakan tindakan sia-sia. Tapi, anggapan ini sudah pasti salah.
Ingatlah bahwa tidak ada vaksin yang sia-sia. Memperoleh vaksinasi berarti mengurangi risiko terjangkit virus, bahkan meminimalisir mengalami gejala berat ketika terinfeksi. Hal ini juga berlaku bagi yang terinfeksi mutasi virus.
Nantinya, setelah vaksinasi, masyarakat dianjurkan untuk tetap menjalani protokol kesehatan, mulai dari menggunakan masker ganda, menerapkan jaga jarak, rutin mencuci tangan, menghindari kerumunan, serta tidak bepergian – kecuali ada urusan yang mendesak.
Selain itu, optimalkan perlindungan diri dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti Enervon Active.
Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – yang dapat menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.
Minum Enervon-C Effervescent dengan kandungan Vitamin C 1000 mg untuk memberikan perlindungan ekstra, sekaligus mampu membuat tubuh terasa lebih segar sepanjang hari.
Untuk yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan minum Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc – yang dapat membantu menjaga stamina agar tak mudah lelah, sekaligus optimalkan sistem kekebalan tubuh.
Tak hanya membantu menjaga kekebalan saja, namun kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga makanan yang kamu konsumsi dapat diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Jadi, tak perlu khawatir tubuh mudah lelah, ya!
Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.
Jadi, itulah perbedaan antara varian Mu dan Delta yang bisa dilihat dari tingkat keganasan varian tersebut. Walau varian Mu tidak separah varian Delta, tapi bukan berarti boleh lengah. Tetap jalani langkah pencegahan agar risiko paparan virus bisa diminimalisir.
Featured Image - newsweek.com
Source - popmama.com