Waspada! Gangguan Imun Picu Kerusakan Saraf pada Long Covid
Jangan lihat dari sisi negatifnya terus, ya. Karena seiring penambahan kasus Covid-19, angka kesembuhan pasiennya juga ikut bertambah, kok! Tapi sayangnya, setelah dinyatakan negatif, pasien tidak begitu saja lepas dari belenggu virus ini, karena masih ada long Covid yang mengintai.
Seperti diketahui, long Covid merupakan kondisi ketika gejala infeksi SARS-CoV-2 masih menetap meski pasien sudah dinyatakan sembuh.
Selain berbagai gejala fisik, nyatanya, long Covid juga diketahui membawa gejala pada saraf. Sampai sekarang, pencarian mekanisme di balik gejala berkepanjangan ini masih terus dipelajari. Sebuah penelitian menemukan bahwa disfungsi sistem imun pun bisa menjadi penyebab gangguan saraf pada pasien long Covid.
Berikut ini hasil penelitiannya.
Mengenal Small-Fiber Neuropathy
Credit Image - healthline.com
Bukan rahasia bila long Covid bisa menyebabkan gangguan saraf, bahkan pada gejala ringan sekali pun. Meski begitu, gejala neurologis pada kondisi gejala berkepanjangan terlihat mirip small-fiber polyneuropathy (SFN), gangguan saraf yang memengaruhi serat saraf kecil pada kulit.
Dilansir MedlinePlus, SFN umumnya ditandai dengan serangan nyeri parah dan pada beberapa individu, nyeri ini menjadi-jadi saat sedang beristirahat atau di malam hari. Menambahkan dari Johns Hopkins Medicine, SFN biasa dimulai pada kaki atau tangan. Beberapa sensasi SFN meliputi:
- Kesemutan
- Ditusuk
- Geli
- Mati rasa
- Terbakar
- Dingin
- Tersetrum
Penelitian Melibatkan Pasien Covid-19 Tanpa Riwayat Gangguan Saraf
Dimuat dalam jurnal Neurology: Neuroimmunology & Neuroinflammation edisi Mei 2022, para peneliti Harvard Medical School (HMS), Amerika Serikat (AS) bermaksud meneliti insiden SFN pada pasien Covid-19.
Penelitian bertajuk "Peripheral Neuropathy Evaluations of Patients With Prolonged Long Covid" ini melibatkan 17 pasien tanpa riwayat gangguan saraf. Tercatat sebanyak 16 pasien yang mengalami gejala ringan, dan hanya satu yang membutuhkan perawatan intensif dengan ventilator selama 1 bulan.
Para peneliti AS memastikan bahwa para pasien memenuhi kriteria potensi long Covid berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Para partisipan dipantau selama 1,4 tahun, dan karena mereka menerima pengobatan simtomatik, para peneliti juga memperhatikan obat yang berpotensi mencegah insiden neurologis.
Insiden SFN yang Dialami Pasien Covid-19
Credit Image - southwestfamilymed.com
Setelah dipantau selama 1,4 tahun, para peneliti mendiagnosis para pasien Covid-19. Hasilnya, para partisipan menunjukkan SFN dan hal ini dibuktikan dari 62,5 persen biopsi kulit tungkai kaki bawah dan 50 persen biopsi paha atas, serta tes fungsi otonom tubuh.
Perawatan yang diberikan mencakup immunoglobulin yang diberikan secara intravena (IVIg) yang memang merupakan perawatan neuropati inflamasi utama, dan kortikosteroid. Baik dengan kortikosteroid maupun IVIg, para partisipan melaporkan gejala SFN membaik.
Para peneliti juga mencatat bahwa beberapa pasien pulih dari SFN dengan sendirinya. Oleh karena itu, para peneliti AS mencatat pentingnya keputusan pengobatan pasien Covid-19 secara individu.
Diharapkan, dari informasi ini dapat membantu pasien untuk mendapatkan penanganan tepat guna mengurangi gejalanya.
Namun, Masih Ada Penjelasan yang Perlu Ditelusuri Lebih Lanjut
Para peneliti HMS menjelaskan bahwa seperempat neuron dorsal root ganglia (DRG) memiliki messenger ribonucleic acid (mRNA) yang berpotensi mengikat protein spike SARS-CoV-2. DRG adalah neuron yang menjembatani sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer, sehingga bisa menyasar neuron dan SARS-CoV-2.
Kemudian, para peneliti melanjutkan bahwa terlambatnya gejala long Covid dan perjalanan pascainfeksi yang berkepanjangan menunjukkan bahwa mekanisme gangguan neurologis pada pasien Covid-19 berawal dari gangguan respons imun.
Meski begitu, para peneliti meluruskan bahwa mereka masih mencari tahu apa lagi yang menyebabkan mekanisme tersebut.
Terus Lakukan Langkah Pencegahan untuk Menghindari Risiko Buruk dari Covid-19
Credit Image - cnbc.com
Untuk menghindari kondisi long Covid, maka kamu perlu melakukan langkah pencegahan, sehingga tidak terinfeksi virus corona dari awal. Untuk menghindarinya, ada baiknya kamu terus melakukan langkah pencegahan, seperti tetap memakai masker dan rutin mencuci tangan.
Selain itu, optimalkan daya tahan tubuhmu dengan menerapkan pola makan sehat yang dimulai dari mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Serta, lengkapi hidup sehat dengan rutin mengonsumsi multivitamin Enervon Active.
Enervon Active mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc.
Kandungan vitamin C di dalamnya dapat membantu menjaga kekebalan tubuh agar tidak mudah sakit. Selain itu, kandungan vitamin B kompleksnya akan membantu optimalkan proses metabolisme, sehingga tubuh dapat memperoleh energi yang lebih tahan lama, sehingga tak mudah lelah saat beraktivitas!
Yuk, segera dapatkan multivitamin andalan satu ini dengan mengunjungi official store Enervon, ya.
Jadi, itulah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa gangguan pada imunitas dapat memicu kerusakan saraf pada long Covid. Jadi, untuk menghindari risiko berbahaya dari Covid-19, pastikan kamu tetap menggunakan masker – dan menjaga kekebalan tubuh!
Featured Image – medpagetoday.com
Source – idntimes.com