Rekomendasi Usia Anak Belajar Puasa & Hal yang Diperhatikan
Puasa menjadi salah satu bentuk ibadah yang membutuhkan kekuatan fisik dan mental yang cukup. Sehingga orang tua muslim perlu mengajarkan tata cara puasa kepada anak. Selain melatih kesabaran, puasa untuk anak-anak juga dapat menanamkan nilai disiplin sejak kecil. Dari segi manfaat fisik, puasa juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena aktivitas sel darah putih yang meningkat. Kemudian muncul pertanyaan, usia berapa anak belajar puasa? Adakah langkah dan hal penting yang harus diperhatikan ayah dan ibu? Ikuti penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Rekomendasi Usia Anak Belajar Puasa
Secara psikologis, anak dapat mulai belajar puasa sejak usia 4-5 tahun. Pada tahapan ini, ayah dan ibu bisa memulai pembelajaran dengan metode pengenalan. Mulai dari pengenalan tata caranya, manfaat menjalankan puasa, kegiatan yang harus dilakukan, dan larangan selama puasa. Ajak dan ikut sertakan anak dalam aktivitas tarawih, sahur, dan berbuka puasa. Dengan begitu mereka akan merasakan dan memahami sendiri suasana puasa secara emosional.
Kemudian pada usia 6 tahun, anak dapat mulai belajar praktik puasa. Beri mereka motivasi dan dorongan untuk menjalankan puasa meski tidak satu hari penuh atau bahkan hanya beberapa jam. Proses pengenalan puasa ini dapat berbeda untuk setiap anak karena kondisi fisik mereka juga tidak bisa disamaratakan. Orang tua perlu memantau kondisi kesehatan anak sebelum, selama, dan sesudah puasa. Jika tidak ada gangguan kesehatan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, anak-anak sudah boleh belajar puasa minimal dari usia 4 tahun.
Orang tua perlu menekankan kepada anak bahwa mereka boleh membatalkan puasa ketika sudah tidak kuat menahan haus dan lapar. Daripada harus mencuri-curi kesempatan untuk makan, ajarkan mereka mengatakannya secara langsung kepada ayah atau ibu. Orang tua juga tidak perlu lagi bertanya, “apakah ingin makan?”, “masih kuat tidak?”, dan semacamnya. Hal ini justru bisa membuat anak merasa harus berbuka saat siang hari.
Hal yang Perlu Diperhatikan
Sumber: Pexels/Monstera
1. Menumbuhkan Rasa Kompetitif Tanpa Membandingkan Kemampuan
Bagi anak-anak motivasi mencari pahala mungkin tidak sekuat yang dimiliki oleh orang dewasa dan hal tersebut tidak perlu dipaksakan. Namun tetap beri mereka sikap positif, terutama dalam mengapresiasi proses dan usaha yang telah dikeluarkan anak dibanding hasilnya. Evaluasi dan diskusikan bersama mengenai pengalaman yang mereka dapatkan selama puasa. Selain menyemangati, hal ini juga akan menumbuhkan rasa kompetitif tanpa harus membandingkan mereka dengan temannya. Anak-anak akan selalu merasa tertantang berkompetisi dengan dirinya sendiri dan bukan karena melihat temannya.
2. Memastikan Asupan Nutrisi Terpenuhi
Dari segi penguatan tubuh anak, ayah dan ibu perlu memperhatikan asupan nutrisi harian mereka. Dengan memastikan anak makan makanan yang mengandung gizi seimbang. Selain melengkapi karbohidrat, protein, serat, dan lemak yang cukup. Orang tua juga harus hati-hati dengan membatasi konsumsi gula dan garam agar tidak berlebih. Meski sulit, orang tua perlu memahami bahwa ada beberapa penyakit berbahaya terkait hal ini. Terutama saat anak ingin makan camilan, pastikan kamu memilihkan mereka camilan yang sehat ya.
3. Mengurangi Aktivitas Fisik
Agar anak mampu mengelola energi yang dimiliki selama puasa, ajarkan mereka untuk mengurangi aktivitas fisik berlebih. Misalnya olahraga berlebihan atau bermain di luar rumah seharian. Meskipun begitu, perlu juga memberikan pemahaman bahwa puasa bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Orang tua dapat mengajak mereka melakukan aktivitas lain yang tak kalah seru. Misalnya dengan belajar materi sekolah, mengikuti permainan interaktif pengasah otak, dan sebagainya.
4. Mengajarkan Tata Cara Makan Tepat Selama Puasa
Sudah menjadi naluri manusia, mereka akan cenderung makan secara berlebihan dan cepat karena terlalu lapar. Atau sebaliknya, makan terlalu banyak saat sahur dengan harapan kenyang lebih lama. Namun ayah dan ibu perlu mengajarkan dan membiasakan anak-anak makan secukupnya dengan tempo yang tidak terlalu cepat. Kebiasaan baik ini agar mereka tidak kekenyangan, kembung, atau begah setelah makan sahur dan berbuka puasa. Jika dilakukan secara terus menerus, anak-anak berisiko mengalami gangguan pencernaan.
5. Mendukung Kebutuhan Energi dengan Suplemen
Berkaitan dengan makan sahur dan berbuka yang memiliki asupan gizi seimbang, ada baiknya ayah dan ibu mendukungnya dengan pemberian suplemen atau vitamin. Makanan tambahan ini akan membantu mereka meningkatkan imunitas tubuh. Sebelum membeli, perhatikan kandungan yang ada di dalamnya kemudian sesuaikan dengan kebutuhan anak.
Bantu Puasa Anak dengan Enervon-C Effervescent
Sumber: Pexels/Monstera
Bicara soal suplemen makanan untuk anak, Moms mungkin membutuhkan cara terbaik agar anak mau mengonsumsinya setiap puasa. Salah satunya dengan mengenalkan mereka vitamin C effervescent, vitamin tablet yang biasanya hadir dalam rasa buah dan mudah larut dalam air putih. bersama meraih kemenangan bulan ramadan tanpa melewatkan momen kebahagiaan dengan buah hati.