Menurut Pakar: Melihat Peluang Terinfeksi Kembali Covid-19
Sempat melonjaknya new normal menjadi kecemasan tersendiri bagi berbagai kalangan. Pertanyaannya adalah apakah terjadi reinfeksi?
Reinfeksi, buat kamu yang belum tahu – istilah ini digunakan untuk mereka yang sebelumnya terkena virus corona, lalu beberapa saat kemudian, terkena lagi atau terinfeksi kembali. Apakah hal ini mungkin? Cukup berpotensi.
Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal seperti ini, kamu yang sudah kembali beraktivitas di luar rumah, sangat perlu menerapkan berbagai poin dari protokol kesehatan memerhatikan kebersihan tangan, dan menjaga jarak dengan yang lainnya.
Terkait istilah reinfeksi, dilansir dari situs CNN Indonesia, salah satu dokter spesialis penyakit dalam dari Washington DC, Amerika Serikat, Dokter D. Clay Ackerly dalam tulisannya yang dimuat di situs Vox, mempunyai opini tersendiri terkait hal ini.
Dalam tulisannya, Arckerly menyatakan terdapat seorang pasien berusia 50 tahun yang dilaporkan positif virus corona sebanyak dua kali dalam kurun waktu tiga bulan. Ketika ada gejala pertama yang ringan, pasien ini diperiksa dan hasilnya negatif.
Bahkan dalam jangka waktu enam minggu kedepannya, pasien bahkan merasa sangat sehat. Namun, gejala yang ia rasakan kembali ada dan bahkan lebih buruk. Ketika diperiksa kembali, sang pasien terkena paparan virus corona lagi.
Arckerly yakin pasiennya ini sebelumnya sudah sembuh dari infeksi pertama. Kemudian, ia kembali terinfeksi ketika salah satu anggota keluarganya yang lebih muda terinfeksi virus corona ini. Sampai akhirnya ia reinfeksi.
Menurut Para Pakar: Melihat Peluang Terinfeksi Kembali Virus Corona. credit image: alodokter.com
Kasus Reinfeksi
Terkait dengan kasus reinfeksi – di awal pandemi, kasus ini sempat mencuat ke permukaan juga. Seperti di negara ginseng atau Korea Selatan, melaporkan terdapat kasus ‘kambuh’ di negaranya pada awal April 2020 lalu.
Peluang terinfeksi kembali pun menghantui setelah adanya hasil penelitian yang menyatakan kalau tingkat antibodi yang terdapat pada seseorang terhadap virus umumnya bisa turun tajam dalam dua sampai tiga bulan kedepan. Hal ini jadi kekhawatiran tersendiri.
Akan tetapi, beberapa potongan data ini harusnya tidak menjadi kekhawatiran yang berlebihan karena menurut Angela Rasmussen, kekhawatiran tersebut tidak didukung oleh data yang nyata.
Menurut Para Pakar: Melihat Peluang Terinfeksi Kembali Virus Corona. credit image: grid.id
Tidak Perlu Khawatir yang Berlebihan
Angela Rasmussen seorang Virolog dari Columbia University menyatakan kalau kekhawatiran tersebut sebaiknya tidak perlu dilebih-lebihkan karena potongan data yang ada tidak begitu lengkap dan tidak mendukung sepenuhnya.
Rasmussen dari tulisannya di Gizmodo, menyatakan kalau orang yang sudah dites lagi dan ternyata hasilnya positif, ini belum tentu replikasi virus yang bonafit, melainkan residu dari RNA virus terkait. Ini artinya mesti ada pemeriksaan yang menyeluruh.
Terkait pemeriksaan yang menyeluruh, antibodi yang memang ada kemungkinan benar bisa turun dalam beberapa bulan – tapi ada kemungkinan juga seseorang tersebut masih membawa antibodi yang cukup untuk mencegah infeksi ulang.
Menurut Rasmussen, sistem kekebalan tubuh tidak hanya bicara soal antibodi saja tetapi juga sel T yang mengenal dan bisa mengejar ancaman yang sekiranya ingin masuk ke dalam tubuh. Riset membuktikan, respon dari sel T untuk virus corona setelah infeksi terbilang kuat.
Dari hal ini, Rasmussen berkata kasus kurang antibodi dalam beberapa bulan ke depan bukan diartikan sebagai seseorang akan rentan terkena infeksi virus corona ulang.
Namun di sisi lain, Rasmussen menyatakan kalau hasil temuan dari Ackerly mesti diawasi. Mungkin memang ada yang selamat, namun ada kemungkinan mereka kehilangan respon kekebalan pada saat di awal.
Kemungkinan lainnya untuk menjelaskan istilah reinfeksi ini adalah vonis positif palsu pada pemeriksaan pertama. Akan tetapi karena tidak banyak bukti yang mendukung, Rasmussen tidak begitu yakin kasus reinfeksi ini umum terjadi. Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran lebih terkait infeksi ulang.
Feature Image – detik.com