Studi: Indera Penciuman Jutaan Penyintas Ternyata Tak Kunjung Membaik
Dari sekian banyaknya sudah terpapar virus tersebut.
Memang sejumlah gejala dapat hilang setelah pasien sembuh, namun tidak untuk gejala anosmia. Studi terbaru memperkirakan indera penciuman jutaan orang yang terinfeksi Covid-19 tidak membaik dalam waktu yang lama, misalnya sampai berbulan-bulan. Selain itu, ada pula yang indera penciumannya tidak bisa pulih seutuhnya.
Lantas, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Berikut ini informasi lengkapnya.
Anosmia: Gejala Covid-19 yang Sering Dirasakan
Credit Image - alodokter.com
Anosmia merupakan kondisi hilangnya kemampuan mencium bau dan perasa untuk sementara waktu. Jadi, pasien dapat sembuh dari anosmia setelah 2-3 minggu – tenang, kondisi ini tidak akan berlangsung selamanya.
Tak hanya akibat Covid-19, seseorang dapat mengidap anosmia akibat berbagai hal. Dilansir dari Pop Mama, seorang ahli THT Raj Sindwani mengatakan kalau anosmia bisa terjadi karena bawaan sejak lahir, atau penyebab tertentu, seperti trauma kepala.
Selain itu, masih ada penyebab anosmia lainnya, yaitu:
- Hidung tersumbat karena alergi, pilek, atau infeksi sinus.
- Polip hidung atau muncul benjolan di hidung dan daerah sinus.
- Adanya cedera pada hidung dan saraf akibat benturan atau operasi.
- Efek samping terapi radiasi – yang bisa dilakukan oleh pasien kanker. Atau adanya konsumsi obat-obatan tertentu.
- Penyakit tertentu, seperti alzheimer, parkinson, multiple sclerosis, kurang gizi, ataupun gangguan hormon, bisa menyebabkan anosmia.
- Menurunnya kemampuan membau dan merasa karena faktor umur.
- Mengidap anosmia bawaan.
Meski anosmia tidak selalu disebabkan oleh infeksi virus corona, namun pastikan kamu tetap mewaspadai gejala yang satu ini, terutama kalau sudah dibarengi dengan deretan gejala Covid-19 lainnya.
Jutaan Indera Penciuman Pasien Covid-19 Tak Kunjung Pulih
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di jurnal JAMA Otolarygology-Head & Neck Surgery memperkirakan ada sekitar 700 ribu sampai 1,6 juta orang di Amerika Serikat yang mengalami perubahan indera penciuman selama lebih dari enam bulan.
Menurut peneliti yang terlibat dalam studi tersebut, jumlah tersebut sebenarnya masih lebih rendah dibanding angka aslinya. Studi sebelumnya menunjukkan ada 72 persen pasien Covid-19 yang mengalami perbaikan kemampuan penciuman setelah sebulan. Namun, sebagian lainnya harus melewati proses yang lebih lama.
Terdengar sepele? Ya, mungkin begitu anggapan banyak orang, apalagi kalau dibandingkan dengan gejala berkepanjangan lainnya, seperti kelelahan kronis dan masalah jantung – maupun paru. Tetapi, kehilangan indera penciuman juga termasuk masalah yang cukup serius, karena pasien bisa saja merasa depresi.
Kehilangan kemampuan penciuman akibat Covid-19 juga berkaitan erat dengan nafsu makan dan hubungan sosial. Seperti, orang yang kehilangan indera tersebut bisa saja kehilangan hasrat untuk makan – dan akhirnya memengaruhi pola makan.
Berdasarkan peneltian yang pernah dilakukan tehadap pasien Covid-19, terdapat tiga jenis gangguan penciuman jangka panjang, pertama kemampuan indera penciuman yang berkurang. Kedua, indera penciuman yang mati. Dan ketiga, mencium hal-hal yang tidak ada, termasuk bahan kimia – atau mencium bau terbakar.
Untuk Membantu Atasi Anosmia, Lakukan Hal Ini
Credit Image - ayosemarang.com
Untuk mengatasi anosmia, cara yang paling umum dilakukan, yaitu dengan melakukan latihan mencium aroma. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terapi ini dapat merangsang kembali saraf-saraf pembau yang sempat tidak peka.
Tetapi, cara ini hanya untuk mempercepat pemulihannya saja – bukan untuk mengobati anosmia. Lantas, apa saja objek yang dapat digunakan dalam latihan mencium aroma? Berikut ini di antaranya.
- Mawar
- Jeruk
- Daun mint
- Kopi giling
- Cengkeh
- Minyak kayu putih
- Vanila
Pelatihan penciuman tersebut perlu dilakukan secara rutin, sehingga hasil yang didapatkan bisa maksimal.
Cegah Alami Anosmia, Tetap Jalani Langkah Pencegahan!
Untuk menghindari mengalami gejala anosmia, maupun tanda-tanda infeksi virus corona lainnya, langkah terpenting yang perlu dilakukan, yakni menerapkan sejumlah cara pencegahan. Memang, mencegah lebih baik daripada harus mengobati.
Dalam hal ini, masyarakat diminta agar terus menerapkan prokes secara lengkap, termasuk setelah mendapatkan vaksinasi. Pastikan sudah mencuci tangan, menghindari kerumunan, serta tidak bepergian – kecuali ada urusan yang mendesak.
Selain itu, optimalkan perlindungan diri dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Hidup sehat – dapat bantu jaga imunitas tubuh tetap kuat.
Dan, yang tak boleh dilupakan – lengkapi hidup sehat dengan rutin mengonsumsi multivitamin, seperti Enervon Active yang memiliki kandungan vitamin lengkap. Kedua multivitamin tersebut dianjurkan dikonsumsi dua kali sehari.
Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – yang dapat menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.
Minum Enervon-C Effervescent dengan kandungan Vitamin C 1000 mg untuk perlindungan ekstra.
Dan, bagi yang memiliki lambung sensitif, direkomendasikan untuk mengonsumsi Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc – untuk bantu menjaga stamina agar tak mudah lelah, sekaligus optimalkan sistem kekebalan tubuh.
Sudah pasti, kandungan Vitamin B Kompleks dalam Enervon-C maupun Enervon Active dapat membantu mengoptimalkan proses metabolisme, sehingga tubuh dapat memperoleh sumber energi yang lebih tahan lama.
Untuk mendapatkan produk multivitamin Enervon Active segera kunjungi official store Enervon di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau, dapatkan di drug store dan apotek terdekat di daerahmu.
Jadi, itulah ulasan mengenai studi yang menemukan bahwa adanya pasien Covid-19 yang kemampuan penciumannya tidak dapat pulih usai terinfeksi virus.
Featured Image – news.umiamihealth.org
Source – cnnindonesia.com