Ada Skenario Terburuk Soal Akhir Pandemi, Ini Penjelasannya
Masa peralihan dari pandemi ke endemi sudah mulai diterapkan oleh berbagai negara, seperti Arab Saudi, Belanda, Prancis, hingga Australia. Langkah tersebut diambil karena angka kasus positif terus melandai, begitu pula di Indonesia.
Berbeda dengan negara-negara tersebut, WHO justru khawatir akan kemungkinan kemunculan varian Covid-19 terbaru setelah Omicron. Ditakutkan varian terbaru yang menyusul Omicron pun memiliki tingkat keganasan dan penularan yang tinggi.
Begini skenario terburuk yang disampaikan oleh WHO mengenai akhir dari pandemi Covid-19.
Skenario Terburuk Soal Pandemi
Credit Image - independent.co.uk
WHO menyebutkan bahwa memang ada kemungkinan tingkat keparahan penyakit akan terus menurun seiring berjalannya waktu. Ini disebabkan oleh kekebalan masyarakat yang juga terus meningkat. Di sisi lainnya, ada pula kekhawatiran dunia belum bebas dari risiko kemunculan varian terbaru dengan tingkat penularan yang tinggi.
Skenario yang paling mungkin terjadi, yakni virus masih terus berevolusi, tetapi tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan akan berkurang, karena kekebalan manusia terus meningkat, baik dari infeksi alami maupun vaksinasi.
Meski demikian, hal tersebut tetap tidak menutup kemungkinan adanya lonjakan kasus Covid-19 akan terjadi secara berkala dibarengi kenaikan kasus kematian akibat penurunan kekebalan. Untuk itu, vaksinasi dosis lanjut sangat diperlukan, khususnya bagi kelompok rentan.
Dalam skenario terburuk, varian yang lebih ganas dan mudah menular dapat muncul. Pada ancaman baru ini, perlindungan orang terhadap penyakit parah dan kemarian, baik dari vaksin – atau infeksi alami akan berkurang dengan cepat.
Ada Kemungkinan Status Pandemi akan Berubah Menjadi Endemi
Dengan sudah menyebarnya virus corona ke hampir seluruh penjuru di dunia, maka memang ada kemungkinan virus tersebut tidak akan hilang. Dengan begitu, status pandemi pun dapat segera berubah menjadi endemi.
Endemi – merupakan kehadiran tetap sebuah penyakit atau infeksi di sebuah wilayah geografis. Jadi, selalu ada orang yang akan terinfeksi penyakit tersebut. Misalnya, sepeti malaria yang juga memiliki status endemi dan telah menjangkiti beberapa negara di dunia.
Dalam hal ini, ada kemungkinan Covid-19 menjadi virus musiman seperti flu yang berbedar selama beberapa bulan tertentu – dan akhirnya akan mereda. Tapi, flu sendiri bukanlah penyakit yang diklasifikasikan sebagai endemi.
Syarat Peralihan Status ke Endemi
Credit Image - kompas.com
Syarat suatu pandemi akan berubah menjadi endemi adalah pada bagaimana virus atau penyakit ini berakhir. Bila berubah menjadi endemi, hal ini berarti bahwa virus Covid-19 tidak akan pernah hilang atau musnah dari dunia.
Virus akan tetap hadir dan menyebar di antara manusia, layaknya virus DBD dan hepatitis B yang telah lebih dulu menjadi endemi. Bila menjadi endemi, masyarakat akan terus hidup berdampingan dengan virus Covid-19.
Selain itu, penyebaran virus pun harus berkurang dahulu. Bila berubah menjadi endemi, maka penyebaran virus Covid-19 akan berkurang atau tidak secepat ketika menjadi masih masuk kategori pandemi. Selain itu, frekuensi dan jumlah kasus cenderung akan bisa diprediksi.
Sehingga, syarat untuk berubah dari pandemi menuju endemi ialah pertumbuhan penyakit harus berkurang. Artinya, jumlah kasus infeksi Covid-19 per harinya harus menurun serta virus menjadi lebih umum di masyarakat.
Yang terakhir, selain penyebaran virus yang berkurang, penurunan jumlah kasus infeksi virus juga bisa diperoleh dengan peningkatan kekebalan pada manusia. Sehingga, syarat lain dari perubahan pandemi ke endemi ialah manusia semakin kebal terhadap virus.
Untuk meningkatkan kekebalan imunitas tubuh, masyarakat perlu menerima vaksin primer dan booster virus corona. Semakin banyak masyarakat yang kebal terhadap virus, maka akan mendorong perubahan virus dari kategori pandemi menuju endemi.
Hindari Penularan Virus, Langkah Pencegahan Masih Harus Dilakukan!
Meskipun pandemi mungkin akan segera berganti menjadi endemi, namun langkah pencegahan mesti harus dilakukan sehingga penularan tetap dapat dihindari. Tetap patuhi protokol kesehatan, mulai dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, hingga menghindari kerumunan. Dan, jika bukan urusan mendesak, ada baiknya tetap menghindari bepergian untuk menghindari risiko tertular virus.
Jika nantinya seluruh aktivitas sudah diperbolehkan kembali, maka selama bepergian keluar rumah kamu dianjurkan tetap menjaga kesehatan fisik, seperti istirahat yang cukup, sebisa mungkin tetap berolahraga, serta mengonsumsi multivitamin dengan kandungan lengkap yang dapat memaksimalkan perlindungan tubuh.
Namun, apa multivitamin yang sebaiknya dikonsumsi? Kamu direkomendasikan untuk mengonsumsi multivitamin dari Enervon secara rutin.
Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat yang dapat menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.
Kamu dapat meminum Enervon-C Effervescent – dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg.
Untukmu yang memiliki masalah lambung sensitif – direkomendasikan minum Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc untuk menjaga stamina tubuh agar tidak mudah lelah, sekaligus mengoptimalkan imunitas tubuhmu.
Dan kedua multivitamin ini pun dapat membantu mengoptimalkan proses metabolisme, sehingga asupan makanan yang kamu konsumsi bisa diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat satu ini berkat kandungan vitamin B kompleks di dalamnya.
Jadi, itulah skenario terburuk dari WHO mengenai status pandemi Covid-19. Untuk menghindari risiko penularan, terus lakukan protokol kesehatan dan menjaga kekebalan tubuh agar tak mudah sakit!
Featured Image – radardepok.com
Source – detik.com