Selama beberapa dekade terakhir, dunia telah melihat virus-virus mewabah, termasuk dari hewan yang kemudian menginfeksi manusia. Epidemi dan pandemi terus berganti. Bahkan, dalam dua dekade terakhir, dunia setidaknya menghadapi dua pandemi.

Saat ini, pandemi Covid-19 masih berlangsung – dan bukan tidak mungkin pandemi lainnya akan terjadi di masa mendatang. Dari Ebola sampai kolera, manusia terus hidup berdampingan dengan hewan dan lingkungan.

Jadi, perlu disadari bahwa ada berbagai faktor yang bisa meningkatkan risiko kemunculan penyakit yang mematikan. Dalam menghadapi pandemi di masa mendatang, berikut ini persiapan yang perlu dilakukan berdasarkan rekomendasi WHO.

 

 

Ternyata, Akan Selalu Ada “Penyakit X”

Credit Image - nytimes.com

Dalam perhelatan World One Health Congress 2022 (WOHC 2022), Covid-19 Technical Lead Badan Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Maria van Kerkhove, tidak berbasa-basi. Ia membuka penjelasannya dengan mengatakan bahwa akan selalu ada "Penyakit X". Sebagai contoh, SARS-CoV-2 yang awalnya adalah penyakit baru.

Manusia hidup di dunia yang saling terhubung. Jadi, patogen yang muncul di lokasi mana pun bisa menyebar dengan cepat ke sudut planet lainnya. Penting bagi masyarakat untuk mengetahui pemicu, faktor yang memperparah pandemik, dan bagaimana cara mengatasinya.

Lalu, saat ini WHO tengah menghadapi 52 kondisi darurat kesehatan. Setiap minggu, WHO mendapatkan surel mengenai dugaan penyakit berpotensi meresahkan dunia yang perlu diinvestigasi atau segera ditindaklanjuti.

 

Efek Pandemi di Masa Sekarang

Dari pandemi Covid-19, dikatakan bahwa perlu penguatan arsitektur global untuk pencegahan, persiapan, dan respons (PPR) darurat kesehatan. Ini karena melihat efek destruktif dari SARS-CoV-2 yang saat ini masih berkecamuk, baik dari sektor medis hingga ekonomi.

Ia kemudian memaparkan beberapa data mencengangkan dari pandemi Covid-19, seperti:

  • Sebanyak 6,5 juta kematian akibat COVID-19 (angkanya diproyeksikan sebenarnya tiga kali lebih tinggi).
  • Kerugian hingga US$16 triliun (hampir Rp250 kuadriliun).
  • Sebanyak 1,6 miliar anak dunia tak sempat sekolah karena banyak negara yang masih menutup akses sekolah.
  • Investasi energi bersih menurun 30 persen.
  • 135 juta orang terperosok ke jurang kemiskinan per 2030.
  • Lebih dari 300 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan akibat bencana iklim dan krisis geopolitik.

 

Pemetaan Zoonosis yang Lebih Andal

Credit Image - news-medical.net

HO bekerja sama dengan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dan PREventing ZOonotic Diseases Emergence (PREZODE) untuk mengevaluasi kembali berbagai pemetaan dan memutuskan untuk menyatukannya agar bisa mencegah risiko zoonosis.

Bukan untuk menciptakan peta yang memanjakan mata, melainkan peta yang interaktif yang bisa dihubungkan ke kondisi gawat darurat yang belum diketahui dan yang telah diketahui, serta kapasitas yang ada saat ini untuk bisa lebih siap di masa depan.

Dengan begitu, WHO bisa lebih siap memprediksikan kapan wabah terjadi dan mempersiapkan imunitasnya. Dari taksonomi hingga intervensi, WHO tengah memantau berbagai virus untuk mempersiapkan diri. WHO pun menggunakan berbagai sarana yang telah ada dan meningkatkannya.

Selain itu, WHO juga bekerja sama dengan pemilik data dan sumber daya serta figur lokal untuk meningkatkan kesadaran dan memenuhi kebutuhan global dan lokal. Semua untuk mencegah agar zoonosis tidak menular dari hewan ke manusia hingga menyebabkan pandemi di kemudian hari. 

 

Melibatkan Seluruh Masyarakat dan Komunitas Dunia

Ada lebih dari 300 rekomendasi yang diterima WHO selama beberapa tahun terakhir, terutama saat pandemik COVID-19. Dari rekomendasi tersebut dan konsultasi ke rekan dan negara WHO, WHO mencatat 10 rekomendasi untuk dunia yang dipersembahkan dalam World Health Assembly pada Mei 2022 silam. 

Inti rekomendasi tersebut adalah memperkuat arsitektur global untuk persiapan, respons, dan penanganan gawat darurat kesehatan (HEPR). Untuk mewujudkannya, ada tiga aspek utama yang harus dibenahi: kepemimpinan, sistem, dan pendanaan.

Jadi, hal pertama ditunjuk adalah keterlibatan seluruh masyarakat dan menanamkan konsep ini dalam sistem kesehatan masyarakat yang telah diperkuat. Penguatan ini berarti melibatkan kesehatan hewan, arsitektur, ekonomi, pendanaan, kesejahteraan dan jaminan sosial, pengelolaan bencana, keamanan nasional, dan lingkungan.

Konsep tersebut didasari oleh resiliensi komunitas dan layanan kesehatan primer. Jika komunitas diperkuat dan didukung dengan skala nasional, regional, hingga global, dunia bisa lebih siap dalam mencegah pandemi berikutnya. Dalam presentasinya, ia mengingatkan lagi prinsip 5C, yaitu:

  • Kolaborasi pengawasan (Collaborative surveillance)
  • Perlindungan komunitas (Community protection)
  • Kepedulian yang aman dan terukur (Safe and scalable care)
  • Akses penanggulangan (Access to countermeasures)
  • Koodinasi gawat darurat (Emergency coordination)

 

Penerapan Hidup Bersih dan Sehat juga Berperan Penting

Credit Image - health.kompas.com

Dalam mengurangi risiko kemunculan penyakit di masa mendatang, masyarakat juga diimbau untuk terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat yang meliputi rutin mencuci tangan, menggunakan masker – terlebih di masa pandemi, hingga menjaga kebersihan lingkungan.

Selain itu, tingkatkan pula hidup sehat yang dapat menguatkan imunitas. Kekebalan tubuh menjadi “tameng” utama dalam pencegahan penyakit.

Penerapan hidup sehat dapat dimulai dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rutin berolahraga, istirahat yang cukup, minum air mineral setidaknya 8 gelas per hari, dan mengelola stres dengan baik.

Untuk mengoptimalkan gaya hidup sehatmu, direkomendasikan untuk rutin mengonsumsi suplemen, terutama vitamin C. Kamu direkomendasikan minum multivitamin dari Enervon setiap hari yang bisa membantu meningkatkan imun tubuh.

Konsumsi multivitamin Enervon Active mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc.

Deretan vitamin tersebut dapat membantu menjaga daya tahan tubuh agar tak gampang terkena penyakit. Selain itu, kandungan vitamin B kompleks di dalamnya juga bisa mengoptimalkan proses metabolisme, sehingga makanan yang dikonsumsi bisa diubah menjadi energi yang lebih tahan lama, sehingga kamu tak mudah lelah.

Untuk mendapatkan produk Enervon Active, kamu bisa mendapatkannya dengan klik di sini, ya.

 

Jadi, itulah berbagai persiapan yang direkomendasikan WHO untuk menghadapi pandemi di masa mendatang.

 

 

Featured Image – news-medical.net

Source – idntimes.com