Memasuki usia senja, kemampuan dalam mengingat sesuatu umumnya semakin menurun. Meskipun hal ini cukup lumrah, tapi tetap tidak boleh disepelekan karena bisa jadi merupakan gejala demensia. Apa itu? 

Istilah demensia memang sudah tidak asing lagi di telinga. Selain berhubungan dengan penurunan daya ingat, demensia biasanya dialami oleh lansia baik laki-laki maupun perempuan. Lalu bagaimana cara mengenalinya? Apa saja gejala yang umum terjadi? Simak informasi selengkapnya hanya di sini!

Pengertian Demensia

Sebelum membahas mengenai gejala, penyebab, dan cara mengatasinya, yuk pahami dulu pengertian dari demensia itu sendiri. Demensia adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penurunan daya ingat.

Meski tidak bisa sepenuhnya disebut sebagai suatu penyakit, kumpulan gejala demensia akan memengaruhi otak dalam mengingat, berpikir, berbicara, dan berperilaku. Gejala yang muncul bisa saja ringan, tapi juga bisa menjadi berat seiring dengan bertambahnya waktu.

Apabila kamu menjumpai gejala tersebut pada orang tua atau kakek nenek, maka segera konsultasikan hal ini ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Jika diabaikan, khawatir hal ini akan semakin memburuk karena sifatnya yang progresif. Semakin tinggi usia lansia, maka risiko untuk menunjukkan gejalanya juga semakin besar.

 

 

Ciri-Ciri Gejala Demensia

Tanggap dalam mengenali ciri-ciri demensia menjadi langkah yang tepat untuk bisa segera mendapatkan penanganan dari ahlinya. Kenali gejala-gejalanya berikut ini.

1. Gangguan Ingatan Jangka Pendek

Gejala demensia pertama yang umum terjadi adalah mengalami gangguan ingatan jangka pendek. Biasanya lansia akan mengalami kesulitan untuk mengingat  kegiatan yang baru saja atau belum lama dilakukan. Misalnya saja tidak bisa mengingat menu sarapan yang dimakan, lupa meletakkan barang, atau bingung terhadap aktivitas yang harus dikerjakan pada hari tertentu.

2. Sulit Mengungkapkan Kata-Kata

Selain mengalami gangguan ingatan jangka pendek, lansia juga akan merasa kesulitan dalam mengungkapkan kata-kata. Dengan kata lain, mereka tidak dapat berkomunikasi dengan baik seperti sebelumnya.

3. Perubahan Suasana Hati

Gejala-gejala di atas juga bisa dibarengi dengan perubahan suasana hati atau mood yang naik turun. Tak pelak, para lansia juga akan mengalami depresi pada awal-awal gejala demensia. 

4. Tidak Mampu Mengerjakan Hal-Hal Sederhana

Selain mudah lupa, gejala demensia lainnya yang kerap ditunjukkan oleh para lansia adalah kesulitan dalam melakukan hal-hal sederhana. Hal ini terjadi karena menurunnya fungsi otak dalam mengatasi suatu masalah atau kesulitan. Oleh sebab itu, para lansia sebaiknya tetap aktif dan berusaha mengasah kemampuan otak, misalnya dengan bermain catur atau mengisi teka-teki silang.

5. Tidak Bisa Mengenali Arah

Banyak lansia dengan gejala demensia yang menjadi tidak tahu arah dan sering tersesat bahkan di lingkungan sekitar rumahnya sendiri. Selain lupa jalan menuju rumah, mereka juga kesulitan dalam mengenali bangunan yang kerap dikunjungi.

6. Melakukan Hal secara Berulang-ulang

Lansia juga kerap melakukan hal yang sama secara berulang-ulang di hari yang sama. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk mengingat perilaku secara umum mulai menghilang. Jadi jangan heran jika mereka kemudian sering mengulang-ulang aktivitas seperti mandi, ibadah, makan, bercukur, dan lain-lainnya.

7. Susah Beradaptasi dengan Hal Baru

Kesulitan dalam mengingat-ingat sesuatu juga memicu rasa takut pada diri lansia. Pasalnya, mereka tiba-tiba tidak akan mengenali keluarganya sendiri dan kerap tersesat saat berada di luar rumah. Hal ini kemudian membuat para lansia menjadi ketakutan untuk mencoba hal baru atau menerima perubahan.

 

 

Penyebab Gejala Demensia

Gejala demensia umumnya terjadi karena adanya kerusakan sel-sel saraf di otak. Gangguan fungsi otak tersebut bisa jadi menimbulkan kondisi yang berbeda pada setiap pengidapnya karena area otak yang terdampak juga tidak selalu sama.

Riwayat penyakit tertentu seperti infeksi katup jantung, stroke atau masalah pada pembuluh darah biasanya juga akan membuat aliran darah ke pembuluh darah otak berkurang. Akibatnya, hal ini akan menurunkan kemampuan lansia dalam mengingat suatu hal.

 

 

Cara Mengatasi Gejala Demensia

Meski sudah memasuki usia lanjut, tapi masih ada harapan untuk mengatasi gejala demensia tersebut. Penanganan pada gangguan fungsi otak ini bisa lewat obat-obatan, terapi, dan perawatan di rumah. Berikut ulasan selengkapnya.

1. Obat-obatan

 Ada dua jenis obat yang biasanya diresepkan kepada pasien demensia, yaitu obat penghambat kolinesterase dan obat memantine. Penjelasannya bisa disimak di bawah ini.

  • Obat Penghambat Kolinesterase

Obat ini diberikan untuk menambah senyawa kimia pada otak yang berhubungan dengan memori dan juga penilaian. Konsumsi jenis obat ini mungkin akan menimbulkan beberapa efek samping seperti melambatnya denyut jantung, gangguan tidur, hingga pencernaan terganggu. Contoh dari obat ini antara lain rivastigmine (Exelon), donepezil (Aricept), dan galantamine (Razadyne).

  • Obat Memantine

Berbeda dengan obat sebelumnya, obat memantine bekerja dengan mengatur aktivitas glutamat yang membawa pesan kimia lain di dalam otak. Hal ini berhubungan dengan fungsi pembelajaran dan pengelolaan memori pada otak lansia. Konsumsi obat ini kemungkinan juga bisa menimbulkan efek samping seperti nyeri di kepala.

2. Terapi Demensia

Selain obat-obatan, pasien juga akan mendapatkan terapi tertentu. Hal ini nantinya berguna dalam mendukung perbaikan kualitas hidup pada lansia. Berikut adalah beberapa terapi yang umumnya dilakukan.

  • Terapi Okupasi. 

Terapi okupasi merupakan upaya preventif yang bertujuan untuk menghindari lansia jatuh atau mengalami kecelakaan yang bisa mengganggu kesehatan.

  • Menciptakan Lingkungan Baru

Selain menjalani terapi okupasi, keluarga sebaiknya juga membawa lansia ke tempat atau lingkungan baru yang lebih tenang atau tidak bising. Selain itu, keluarga dan perawat juga akan dihimbau untuk menyimpan benda-benda berbahaya supaya tidak bisa dijangkau oleh lansia. Contoh benda-benda berbahaya tersebut seperti pisau, gunting, dan sebagainya.

  • Membuat Tugas Harian Menjadi Sederhana

Pasien demensia tidak bisa beraktivitas layaknya orang normal. Hal-hal sederhana yang sebenarnya mudah, terasa sulit bagi pengidap demensia. Oleh sebab itu, lansia akan dibimbing untuk bisa mengikuti berbagai langkah mudah dalam melakukan suatu hal atau kegiatan.

3. Perawatan di Rumah

Keluarga juga harus ikut terlibat dalam pengobatan pasien yang terkena demensia. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan perawatan di rumah. Bantu penderita demensia di rumah dengan melakukan hal-hal berikut ini.

  • Membantu pasien untuk mendapatkan pengobatan sesuai petunjuk dokter. 
  • Mengatur jadwal pengobatan rutin agar perawatan bisa membuahkan hasil yang baik.
  • Membantu lansia untuk melakukan aktivitas di rumah seperti menyiapkan makanan sesuai anjuran dokter, mandi, dan beberapa kegiatan lain yang bisa menstimulasi otak seperti olahraga atau berkebun.
  • Sabar dalam berkomunikasi dengan lansia dan usahakan memakai kosakata yang mudah dipahami, pelan-pelan, dan melibatkan gestur tubuh supaya mudah dimengerti.
  • Berperilaku lemah lembut kepada pasien demensia dan berusaha menahan diri demi menjaga emosi mereka tetap stabil.

 

 

Maksimalkan perawatan gejala demensia pada lansia dengan rutin mengonsumsi Enervon Gold. Enervon Gold adalah multivitamin yang kaya akan vitamin C, vitamin B kompleks, asam folat, omega 3, dan lutein yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh.

Diformulasikan khusus untuk usia 50+, Enervon Gold akan menemani masa-masa tua agar tetap aktif dan sehat. Order sekarang juga dengan klik link Shopee atau Tokopedia berikut!